Hari Buruh: Perjuangan dan Realitas
Penetapan 1 Mei sebagai hari buruh internasional tentunya penuh dengan perjuangan
Hari buruh yang juga dikenal sebagai May Day merupakan sebuah peringantan akan perjuangan kalangan pekerja di Amerika serikat pada 1 Mei 1886 yang memperjuangkan hak-haknya sebagai pekerja.
Kelas pekerja atau buruh saat itu, merupakan satu kelas masyarakat yang bekerja di perusahaan-perusahaan para pemilik modal (pengusaha) dengan harapan bisa menyambung hidup dengan bekerja sebaga buruh.
Penetapan 1 Mei sebagai hari buruh internasional tentunya penuh dengan perjuangan, terutama berkaitan dengan kesejahteraan (upah) buruh dan jam kerja yang melebihi batas.
Amerika pada sejarahnya, telah menjadi lokomotif terjadinya gerakan kaum buruh menuntut hak-hak atas pekerjaan. Begitupun di Indonesia, aksi demontrasi pertamakali dilakukan sejak zaman Belanda walaupun aksi-aksi yang dilakukan tidak mendapatkan perhatian yang begitu serius dari pemangku kebijakan.
Puncaknyanya setelah reformasi berkumandang, barulah banyak bermunculan aksi-aksi demonstarasi yang di rangkaiakan mogok kerja terjadi di Indonesia.
Persoalan kesejahteraan buruh, baik berupa upah maupun cuti hamil dan sebagainya merupakan masalah yang tiap tahunnya sering dipersoalkan.
Karl Marx seorang tokoh sosialisme/komunisme yang menghabiskan hidupnya membela hak-hak buruh (pekerja) atas pemilik modal adalah bagian dari memperjuangkan kesejahteraan kelas pekerja.
Karl Marx meyakini, para pekerja yang tertindas itu merupakan hasil dari kelas-kelas sosial yang dimana setiap masyarakat ada kelas yang menindas atau menguasai dan ada kelas tertindas atau kelas bawah.
Karl Marx meyakini, terjadinya penindasan terhadap kelas pekerja atau buruh itu disebabkan sistem kapitalisme atau pemilik modal menguasai sistem sehingga, para pekerja dipaksa untuk bekerja melebihi waktu untuk tetap memproduksi hasil pekerjaan.
Menurut Marx kelas pekerja yang bekerja kepada pemilik modal tidak mampu merealisasikan dirinya secara bebas dan universal dalam bekerja.
Sehingga yang terjadi adalah, pembodohan secara sistem yang memungkinkan pekerja tidak mampu melakukan perlawanan untuk mendapatkan kesejahteraan.
Akibat sistem yang dibuat sedemikian rupa, banyak para buruh terpaksa mengikuti sistem yang ada, dengan harapan selagi mampu mereka bisa menyambung hidup untuk anak dan istrinya.
Hal demikian sebagaimana yang diulas oleh Mansour Fakih yang mengkritik kebijakan atas sistem yang dibuat oleh pengambil kebijakan. Menurutnya, terjadinya alienasi sistem sosial di masyarakat disebabkan sistem yang dibuat oleh pemerintah tidak lain hanya untuk mengokohkan status quo.
Selain itu, untuk mempertahankan wacana-wacana yang sudah dibuat agar semua masyarakat mengikuti pencapaian tujuan dari sebuah sistem.
Realitas Yang Ada
Dalam proses pemajuan kesejahteraan buruh, kita sering diperhadapkan dengan realitas kehidupan yang kejam.
Pernah dalam sebuah demonstrasi dilakukan para pekerja di pabrik nikel milik plat merah, terjadi perbedaan pendapatan antar pekerja yang mau melaksanakan demontrasi dengan ancaman akan diberikan surat SP (surat peringatan) sampai kepada pemecatan dan mereka yang lebih memilih diam dan mengikuti sistem yang ada.
Realitasnya lebih kejam dibandingkan ibu tiri. Perbaikan serta pemberian hak-hak yang telah diatur dalam kitab suci negara seringkali, kotradiksi dengan tindakan dilapangan.
Perbedaan yang terjadi, membuat pengerakan yang dilakukan atas nama buruh tidak mendapatkan perhatian khusus bagi mereka pemengang stemple.
Menurut Michel Foucault ini disebabkan adanya wacana yang dibangun oleh mereka yang ingin melanggengkan status quo.
Wacana public dibangun agar menertibkan pekerja yang berpotensi menjadi ancaman bagi keberlangsungan industry. Sebelum penerimaan pegawai biasanya wacana sudah lama di sampaikan agar berperilaku sebagaimana yang pemodal inginkan.
Setidaknya para pekerja harus selalu taat dan patuh kepada peraturan yang ada dan tidak boleh sesekali membelot dari ketentuan yang sudah di sepakati.
Perjuangan Kesejahteraan Buruh
Kesejahteraan buruh adalah poin penting dalam setiap perayaan peringatan hari buruh internasional. Peringatan ini, selalunya diperhadapkan dengan aksi demonstrasi (jka tidak terkendali sering terjadi caos) untuk menyuarakan aspirasi.
Apakah perayaan yang tiap tahunnya dilakukan itu, tidak pernah mendapatkan respon dari pemerintah.? Sehingga setiap tahunnya selalunya menyuarakan kesejahteraan buruh.?
Ada dua kemungkinan bisa menjadi jawaban atas pertanyaan tersebut. Pertama, jika kita menggunakan analisis yang dikemukakan oleh Karl Marx maka ini adalah bagian dari strategi pemodal untuk menciptakan ketergantungan agar selalu berada dibawah control kelas borjuis (pemodal).
Kedua, sistem ekonomi yang lebih condong kepada ekonomi liberal kapitalisme menjadikan sistem yang dibangun harus berdasarkan persetujuan pemodal. Sebagaimana analisis dari Mansour Fakih diatas.
saya cenderung sepakat kepada konsep dari politisi Partai Gelora Bung Fahri Hamzah yang mengatakan sistem yang baik atau praktik demokrasi yang baik, justru akan menjadikan orang jahat menjadi baik, begitupun sebaliknya, jika sistem yang dibuat itu tidak baik, maka orang baikpun bisa menajdi jahat.
Sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan buruh, maka dibutuhkan sistem atau undang-undang yang benar-benar komitmen hanya kepentingan masyarakat umum yang diperjuangkan, bukan sebaliknya.
Indonesia sebagai negara demokrasi, menetapkan 1 Mei sebagai hari libur nasional yang ditetapkan pada pemerintahan Presiden SBY. Demikian dilakukan untuk menghormati mereka yang sedang memperjuangkan hak-haknya sebagai pekerja.
Aksi buruh sejak zaman Belanda di Indonesia adalah perjalanan Panjang penindasan yang dilakukan oleh imprealisme terhadap rakyat Indonesia yang di suruh bekerja tanpa henti untuk memproduksi rempah-rempah untuk Belanda.
Keadaan para pekerja yang tidak mendapatkan perlakukan manusiawi, tidak adanya jaminan Kesehatan dan keselamatan kerja membuat para pekrja merasa perlu menyuarakan dan memprjuangkan hak mereka.
Sehingga, peringatan hari buruh khususnya di Indonesia, banyak menyisahkan spekulatif yang mengundang banyak perdebatan.
Yang amat penting untuk di pahami bersama ialah, bagaimana kesadaran kolektif terbangun pada seluruh komponen bangsa yang berkomtmen memberikan penghargaan setinggi-tngginya bagi mereka yang bekerja.
Keberadaan penjajah masa lalu, yang telah merenggut kesejahteraan pekerja, bisa dijadikan sebagai semangat untuk tidak tertular sifat rakus dan tamak.
Cukup penjajahan yang terjadi itu dilakukan oleh orang Asing, bukan sesama anak bangsa yang saling mengeksploitasi dan menjadi corong kapitalisme.