Remaja 14 Tahun di Serbia Lakukan Penembakan Massal, 9 Orang Tewas
Aksi penembakan juga menyebabkan seorang guru dan enam siswa terluka.
REPUBLIKA.CO.ID, BEOGRAD – Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun di Beograd, Serbia, melakukan penembakan di sekolah dasar Vladislav Ribnikar yang berada di distrik Vracar, Beograd, Serbia, Rabu (3/5/2023) pagi waktu setempat. Dia membunuh delapan siswa dan seorang penjaga keamanan.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Serbia, selain sembilan korban tewas, aksi penembakan juga menyebabkan seorang guru dan enam siswa terluka. Wali Kota Vracar Milan Nedeljkovic mengungkapkan, para korban luka telah dibawa ke rumah sakit. Dia menyebut, saat ini tim dokter sedang berusaha menyelamatkan nyawa guru yang terluka.
Sinisa Ducic, penjabat direktur klinik anak di Beograd yang merawat tiga korban luka mengatakan, seorang anak perempuan mengalami cedera kepala dan sedang menjalani operasi. "Dia mengalami cedera serius," kata Ducic kepada wartawan.
Sementara itu Milan Milosevic, ayah dari salah satu murid di sekolah dasar Vladislav Ribnikar, mengatakan, putrinya berada di ruang kelas yang menjadi sasaran penembakan. “Dia (putri Milosevic) berhasil melarikan diri. (Pelaku) pertama-tama menembak guru dan kemudian mulai menembak secara acak,” ucap Milosevic.
“Saya melihat satpam tergeletak di bawah meja. Saya melihat dua gadis dengan darah di baju mereka. Mereka bilang dia (penembak) pendiam dan murid yang baik. Dia baru saja bergabung dengan kelas mereka,” tambah Milosevic, yang bergegas ke sekolah setelah penembakan.
Kepolisian mengungkapkan, pelaku penembakan, yakni seorang siswa kelas tujuh ditangkap di halaman sekolah. Petugas kepolisian kemudian segera menutup area di sekitar lokasi kejadian. Saat ini polisi masih menyelidiki motif di balik aksi penembakan tersebut, termasuk mendalami cara pelaku memperoleh senjata api.
Penembakan massal relatif jarang terjadi di Serbia. Sebab negara tersebut memiliki undang-undang senjata yang sangat ketat. Namun Serbia mulai dibanjiri ratusan ribu senjata ilegal setelah perang dan kerusuhan pada 1990-an.