Software-as-a-Service Dorong Penguatan Digitalisasi UKM Asia Tenggara
Akses teknologi yang mudah dioperasikan menjadi kunci utama untuk digitalisasi UKM.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Transformasi digital kawasan Asia Tenggara banyak dinilao sangat mengesankan. Ini terbukti dengan kesiapan Asia Tenggara mencapai tingkat ekonomi digital senilai 360 miliar dollar AS pada tahun 2025.
Dengan digitalisasi, kawasan ini menjadi saksi berbagai tren digital yang muncul, termasuk di tempat kerja, mulai dari kerja hybrid dan jarak jauh, peningkatan tenaga kerja melalui program upskilling maupun reskilling, serta munculnya adopsi Perangkat Lunak sebagai Layanan (Software-as-a-Service/SaaS) dalam upaya membangun ketahanan dan mempersiapkan kelangsungan bisnis.
“Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) perlu menyadari bahwa ada biaya-biaya tersembunyi pada upaya digitalisasi ini. Di antara biaya-biaya tersebut adalah biaya untuk meningkatkan dan melatih kembali karyawan yang tidak dapat dijangkau oleh banyak bisnis kecil. Akibatnya, produktivitas kerja melambat dan pengembalian investasi yang lebih rendah dari investasi digital," kata Vice President and General Manager in Asia-Pacific at Zoho Corp, seperti dilansir pada Kamis (4/5/2023).
Pada saat yang sama, kata dia, sepertiga atau 150 juta orang di Asia Tenggara memiliki keterbatasan akses ke teknologi. Ini mempersulit bisnis dalam proses digitalisasi dan menghasilkan pertumbuhan yang tidak merata . Hal ini membuat bisnis, khususnya UKM, berusaha keras, bahkan sebelum kemampuan digital terkini seperti teknologi otomasi, mulai digunakan.
"SaaS, membuat karyawan Anda selaras dengan tujuan bisnis , akan memastikan tenggat waktu internal terpenuhi serta menginspirasi tempat kerja kolaboratif, baik itu hybrid atau jarak jauh," ujar dia.
Pertama, platform SaaS tersebut seharusnya memiliki proses onboarding yang dipandu oleh tim ahli. Tujuannya adalah membantu karyawan menyiapkan platform agar mendapatkan praktik terbaik untuk perangkat lunak tersebut, serta menyesuaikan dengan mudah agar dapat memenuhi kebutuhan bisnis tertentu.
Misalnya, tim marketing, yang mengadopsi platform pemasaran terpadu yang baru, akan dapat segera menggunakan perangkat lunak tanpa kesulitan berkat proses onboarding atau pengenalan yang baik ke dalam platform. Ini sangat membantu mengurangi waktu pelatihan yang diperlukan serta waktu adopsi perangkat lunak baru, memungkinkan bisnis mendapat manfaat dari teknologi itu sendiri dalam jangka waktu yang lebih singkat.
Kedua, perusahaan harus mempertimbangkan bagaimana platform menyatukan bisnis mereka. Apakah mereka memiliki informasi menyeluruh terkait bisnis mereka dalam satu layar? Meskipun sebagian besar platform menampilkan dasbor, banyak juga yang menampilkan pekerjaan secara terpisah-pisah sehingga memaksa orang masuk ke dalam sistem yang terpisah, alih-alih mendorong upaya kolaboratif.
"Dengan bisnis digital yang tersedia di aliran omni-channel, kemampuan untuk mengidentifikasi pelanggan di sepanjang perjalanan pelanggan mereka sangat penting," ujar dia.
Ia melanjutkan, tidak hanya untuk melibatkan mereka dalam komunikasi yang bermakna, tetapi juga untuk menciptakan peluang terbentuknya loyalitas, mendorong pendapatan, serta memicu penjualan berulang. Ketika perusahaan dapat memanfaatkan data, mereka dapat membuka kemampuan lainnya, seperti kemampuan analisis prediktif, analitik kognitif, dan kemampuan untuk meramalkan perilaku pelanggan di masa depan serta bertindak sebagai antisipasi untuk memuaskan pelanggan.
"Sebagian besar beban kerja ini akan dibantu oleh sistem otomatisasi, yang memungkinkan perusahaan memasukkan pesan komunikasi yang tepat untuk mendorong perilaku konsumen tertentu pada frekuensi siklus berdasarkan kebutuhan bisnis Anda. Mampu mengelola hubungan pelanggan Anda dengan lebih baik di era digital akan menghasilkan keuntungan yang lebih baik dan mendorong pengembalian investasi yang lebih tinggi," kata dia memaparkan.
Ia menambahkan, saat konsumen bertransaksi secara daring, jenama yang disokong oleh data dan mampu menghadirkan pengalaman otomatis serta personal ke pelanggannya akan memiliki ketahanan dan kegigihan untuk menghadapi setiap perubahan perilaku konsumen. Platform Pemasaran Terpadu akan tetap ada, dan bisnis yang dapat memecahkan masalah pelanggan dapat menavigasi ketidakpastian dengan lebih baik. Lebih jauh lagi, mereka mampu membangun hubungan yang lebih dalam dengan pelanggan mereka.