Pesan Tegas Korut ke Donald Trump: Nuklir Dirancang untuk Tempur Bukan Alat Tawar Menawar

Kim Jong Un menuding AS sebagai dalang keributan dunia.

EPA-EFE/KRISTINA KORMILITSYNA
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menghadiri upacara penandatanganan bilateral di kediaman kenegaraan Kumsusan di Pyongyang, Korea Utara, 19 Juni 2024. Presiden Rusia sedang melakukan kunjungan kenegaraan ke Korea Utara dari tanggal 18-19 Juni atas undangan pemimpin Korea Utara. Putin terakhir mengunjungi Korea Utara pada tahun 2000, tak lama setelah pelantikan pertamanya sebagai presiden.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemerintah Korea Utara (Korut)  mengatakan senjata nuklirnya dirancang untuk keperluan tempur, bukan 'alat tawar-menawar' di tengah ketegangan yang terjadi di Semenanjung Korea.

Baca Juga


Pyongyang mengatakan dalam komentar yang dipublikasikan oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) yang dikelola pemerintah. Pemerintahan pimpinan Kim Jong Un ini menegaskan, kekuatan nuklirnya bukan untuk dinegosiasikan tetapi untuk keperluan tempur.

Pernyataan ini merupakan reaksi setelah Amerika Serikat mengatakan bahwa Washington akan mengupayakan denuklirisasi penuh Korea Utara, di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. "Kekuatan nuklir kami bukanlah sesuatu yang dapat diiklankan untuk mendapatkan pengakuan dari siapa pun dan bahkan bukan barang tawar-menawar yang dapat ditukar dengan beberapa sen," kata KCNA.

"Kekuatan nuklir negara kami digunakan untuk pertempuran konstan guna segera menyingkirkan segala upaya invasi oleh kekuatan musuh yang melanggar kedaulatan negara dan keselamatan rakyatnya serta mengancam perdamaian regional," tulisnya dalam bahasa Korea.

Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba, dalam konferensi pers dengan Presiden Trump pada Jumat pekan lalu mengatakan bahwa mereka menegaskan perlunya mengatasi program nuklir dan rudal Korut, yang menimbulkan ancaman serius bagi Jepang, AS, dan sekitarnya. "Jepang dan AS akan bekerja sama mengupayakan denuklirisasi penuh Korea Utara," kata dia.

Trump mengatakan, Washington akan menjalin hubungan dengan Korea Utara. Sementara, para pejabat NATO dan Uni Eropa menegaskan kembali bahwa mereka tidak akan menerima Korea Utara sebagai negara berkekuatan nuklir. Korea Utara mengecam pernyataan tersebut sebagai hal yang "tidak masuk akal."

 

 

Sebuah foto yang dirilis oleh Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) resmi menunjukkan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un (2-kanan) mengamati latihan rudal jelajah yang dilakukan di Jakdo-dong, Provinsi Hamgyong Selatan, Korea Utara, 22 Maret 2023 ( dikeluarkan 24 Maret 2023). Menurut media pemerintah Korea Utara, uji coba tersebut melibatkan dua rudal jelajah strategis Hwasai-1 dan dua Hwasai-2, yang dilengkapi dengan hulu ledak uji simulasi hulu ledak nuklir. - (EPA-EFE/KCNA )

Trump menjadi presiden AS pertama yang menginjakkan kaki di wilayah Korut pada 2019. Sebagai bagian dari negosiasi dengan Pyongyang tentang program rudal balistik dan nuklir, ia bertemu Kim Jong Un di zona demiliterisasi yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan. Korut sejak itu telah melakukan uji coba rudal dan nuklir, termasuk apa yang diklaimnya sebagai peluncuran rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat pada 2023.

Sebelumnya, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memastikan kebijakan negaranya untuk mengembangkan lebih lanjut kekuatan nuklir mereka. Kim Jong Un menuduh AS sebagai dalang keributan dunia, lapor media pemerintah pada Ahad.

Pernyataan tersebut disampaikan Kim saat berpidato di Kementerian Pertahanan Nasional dalam rangka peringatan 77 tahun berdirinya Tentara Rakyat Korea, menurut KCNA.

Dia menegaskan kembali kebijakan tak tergoyahkan Pyongyang untuk lebih banyak mengembangkan kekuatan nuklir, sebagai rencana untuk meningkatkan "semua pencegahan." Kim tidak menjelaskan secara rinci mengenai rencana tersebut.

Ia mengklaim bahwa aset strategis nuklir AS yang ditempatkan di Semenanjung Korea, latihan simulasi perang nuklir yang dipimpin Washington, dan kerja sama militer AS-Jepang-Korea Selatan mengundang ketidakseimbangan militer di semenanjung dan di Asia Timur Laut.

Ini menyebabkan, struktur konflik baru yang menimbulkan tantangan serius bagi Korea Utara, kata dia.

Kim mengatakan Korut tidak menginginkan ketegangan yang tidak perlu di kawasan itu. Meski demikian, pihaknya, akan mengambil tindakan balasan yang berkelanjutan untuk memastikan keseimbangan militer regional guna mencegah pecahnya perang baru dan memastikan perdamaian dan keamanan di semenanjung.

Ia juga menuduh AS sebagai penyebab perselisihan dan tragedi pertumpahan darah baik besar maupun kecil di dunia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler