Romi: Mahfud MD Gak Mau Kalah dan Salah

Mahfud gagal jadi cawapres pada 2019 karena tak direstui ketum partai.

Republika/Prayogi
Menko Polhukam yang juga Ketua Komite Koordinasi Nasional PP TPPU Mahfud MD .
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan ketum PPP yang juga eks terpidana korupsi, Romahurmuziy menilai, Mahfud MD sebagai sosok yang tak mau kalah dan salah. Hal itu terkait penjelasan Romi yang tak juga diterima Mahfud soal kegagalan menjadi calon wakil presiden pada 2024 itu.

Baca Juga


"Mahfud gak boleh kalah dan salah," ujar Romahurmuziy atau akrab disapa Romi dalam podcast di akun Youtube Total Politik, Kamis (5/6/2023). 

Menurut Romi, ia pernah menjelaskan siapa saja pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan Mahfud jadi cawapres. Namun, mantan ketua MK itu seperti tidak percaya. Padahal, dikatakan Romi, sebagai ketum partai saat itu ia masih sangat muda dan PPP juga bukan partai besar. 

"Mahfud bilang itu 'sebagai orang tua saya hidup lebih lama dari Anda'. Ibarat mau makan itu yang mau namplek itu Anda'," ujar Romi.   

Romi menegaskan, yang menggagalkan Mahfud M sebagai cawapres adalah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketum Nasdem Surya Paloh dan Ketum PKB Muhaimin Iskandar. "Yang menolak itu Surya Paloh, Muhaimin, dan Airlangga," ujarnya. 

Mahmud MD yang menyalahkannya sampai saat ini terkait kegagalan jadi cawapres. Mahfud, sebut Romi, berasumsi bahwa ketum PPP, Golkar, dan PKB terlibat. "Mahfud bilang info itu dari Presiden, tapi bagaimana ya, saya pelaku sejarahnya," kata Romi meyakinkan. 

Ia lalu mengungkapkan sejumlah alasan Mahfud MD akhirnya tidak terpilih di detik-detik akhir. Pertama, Surya Paloh, menurut Romi, merasa bahwa Mahfud merupakan ketua pemenangan pasangan Prabowo-Hatta pada 2014 dan eks ketua MK itu tidak mempunyai kontribusi nyata. 

Kemudian, Airlangga Hartarto beralasan bahwa Mahfud merupakan salah satu tokoh yang pernah merekomendasikan pembubaran Golkar. Sesepuh Golkar tidak sreg dengan Mahfud. Adapun Muhaimin atau akrab disapai Cak Imin menyatakan bahwa mereka sejalan dengan PBNU dan menyebut Mahfud bukan kader NU. 

Respons ketum partai itu disampaikan di Istana atau detik-detik jelang penetapan nama cawapres Jokowi di Restoran Plataran Menteng pada Kamis, 9 Agustus 2018. "Presiden lantas bertanya apakah semua setuju Maruf Amin? semua ketum setuju," kata Romi. 

Namun, menurut Romi, Mahfud bersikukuh bahwa ia telah dijegal olehnya. "Begitulah Mahfud merasa yang paling benar," katanya. 

Ia tak menampik bahwa sampai Kamis siang, pada 9 Agustus tersebut, nama Mahfud masih menjadi yang dipilih Jokowi sebagai cawapres. Bahkan, di kertas yang akan ditandatangani oleh ketum Parpol di Plataran Menteng masih ada nama Mahfud. 

Guru besar UII itu bahkan sudah diminta untuk mengukur baju dan mengurus SKCK. Mahfud bahkan sudah diminta menunggu tak jauh dari Plataran Mentang. 

Namun, detik-detik akhir semua berubah. Surat yang siap ditandatangani parpol diganti oleh Mensesneg Pratikno. Romi menyatakan, jika Jokowi tetap memajukan Mahfud, PKB dan Golkar mengancam akan hengkang. Pun dukungan dari NU juga akan kendor.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler