Koronasi Raja Charles III, Segini Prediksi Biayanya

Koronasi Raja Charles dinilai kontras dengan ekonomi masyarakat yang tengah sulit.

EPA-EFE/CLEMENS BILAN
Raja Charles III (kiri) dan Permaisuri Camilla di depan Gerbang Brandenburger di Berlin, Jerman, Rabu (29/3/2023). Acara penobatan Raja Charles III akhir pekan ini diprediksi memakan biaya Rp 926 miliar.
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mata dunia akan tertuju pada Inggris pemahkotaan atau koronasi Raja Charles III di Westminster Abbey akhir pekan ini. Penobatan, yang akan dilakukan Uskup Agung Canterbury pada Sabtu (6/5/2023), akan memulai tiga hari perayaan di seluruh London dan Inggris, yang puncaknya pada Ahad (8/5/2023).

Baca Juga


Dilansir CNBC, Jumat (5/5/2023), penobatan yang pertama kali dalam 70 tahun itu kontras dengan ekonomi Inggris dimana masyarakat tengah menghadapi biaya hidup tinggi. Istana Buckingham tidak memberikan angka pasti untuk biaya penobatan. Namun, Raja Charles dikabarkan ingin perayaan yang lebih singkat, lebih kecil, lebih murah, dan lebih representatif.

Salah satunya, jumlah tamu VIP sekitar 2.000 tamu orang atau sekitar seperempat dari jumlah yang hadir pada penobatan mendiang Ratu Elizabeth II. Proses penobatan juga akan berlangsung sekitar satu jam, bukan beberapa jam. Namun, menurut prediksi BBC, biaya untuk prosesi akhir pekan, yang mencakup "prosesi Raja" dan konser bertabur bintang di Windsor Gardens, diperkirakan mencapai antara 50 juta-100 juta euro (63 juta–125 juta dolar AS atau sekitar Rp 926 miliar–Rp 1.838 miliar).

Nilai itu lebih tinggi dari biaya saat Ratu Elizabeth II naik takhta senilai 1,5 juta euro pada 1953 atau sekitar 50 juta euro (sekitar Rp 810 miliar) untuk nilai uang saat ini. Pun, lebih tinggi dibandingkan saat penobatan Raja George VI pada 1937 yang menghabiskan 450 ribu euro atau 24,8 juta euro saat ini (sekitar Rp 401,8 miliar).

Koronasi Raja Charles III, seperti kebanyakan acara publik, didanai oleh pemerintah Inggris dan pada akhirnya, pembayar pajak Inggris. Istana Buckingham juga memberikan kontribusi dana yang dirahasiakan. Hal itu membuat beberapa orang Inggris tidak puas, dengan 51 persen mengatakan penobatan seharusnya tidak didanai oleh pemerintah, menurut jajak pendapat YouGov baru-baru ini, sementara 18 persen ragu-ragu. 

Di sisi lain, Pemerintah Inggris yakin momen ini akan berdampak positif bagi jutaan bisnis, terutama sektor ritel, pariwisata, dan perhotelan. Menurut beberapa perkiraan, penjualan ritel biasanya meningkat sekitar 15 persen per hari pada hari libur nasional.

Asosiasi Perhotelan Inggris mengatakan, penobatan raja dapat meningkatkan 350 juta euro (sekitar Rp 5,7 triliun) ke sektor ini. Plus, dikombinasikan dengan dua hari libur bank Inggris selanjutnya pada Mei, serta Kontes Lagu Eurovision di Liverpool pada 13 Mei, yang dapat menghasilkan peningkatan total sebesar satu miliar (sekitar Rp 16,2 triliun).

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler