Pertamina Eksplorasi Sumber Energi Baru untuk Optimalisasi Produksi

Sejauh ini ada sejumlah temuan baru tapi masih sebatas skala eksplorasi.

dok Pertamina
Pertamina (ilustrasi). PT Pertamina (Persero) terus berupaya mengeksplorasi sumber energi baru untuk optimalisasi produksi baik dari sisi minyak maupun gas.
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- PT Pertamina (Persero) terus berupaya mengeksplorasi sumber energi baru untuk optimalisasi produksi baik dari sisi minyak maupun gas.

Baca Juga


"Secara produksi, kalau target kami sebagai perusahaan mengamankan cita-cita pada 2030, yakni sebesar satu juta barel minyak/hari dan gas 12 miliar standar kaki kubik/hari," kata Senior Manager External Communication and Stakeholder Relation Pertamina Hulu Energi (PHE) Eviyanti Rofraida di Solo, Jawa Tengah, Jumat (5/5/2023).

Saat ini total produksi baik minyak maupun gas masih di kisaran 600 barel/hari. Terkait hal itu, pihaknya berupaya mempertahankan produksi dari sumber-sumber yang ada.

"Secara natural kan produksi akan menurun, bagaimana caranya kami mempertahankan penurunan alami tidak turun secara drastis. Ini dengan teknologi," kata Evi.

Selain itu, dikatakannya, dengan mencari sumber-sumber baru. Sejauh ini ada sejumlah temuan baru tapi masih sebatas skala eksplorasi. "Apakah ini bisa diproduksi, perlu penanganan lebih jauh," kata dia.

Upaya lain, menurut dia Pertamina juga akan mengoptimalkan wilayah operasi di luar negeri. Di luar negeri, Pertamina juga punya wilayah operasi dan punya aspirasi untuk menambah wilayah operasi internasional.

"Bisa menambah penyertaan modal kami ke perusahaan migas atau kami memang mencari baru," kata Evi.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima mengatakan peningkatan lifting harus segera dikejar agar 1,7 juta barel /hari dengan kemampuan saat ini hanya 600 barel/hari bisa selesai di 2024. Pertamina Hulu Energi harus mengejar target karena pasarnya juga jelas.

Ia mengatakan salah satu yang dapat dilakukan adalah mengoptimalkan sumber yang ada saat ini. Selain itu, sumber baru jadi hal penting dengan regulasi yang memberikan prospek bagi investasi.

"Investor diberikan ruang agar tertarik. China juga melakukan kerja sama dengan asing untuk eksplorasi. Minyak idealnya harus kita kuasai, apa harus memiliki. Idealnya begitu. Memiliki dan menguasai," kata Evi.

Meski demikian, jika kepemilikannya pada investor asing, setidaknya penguasaan ada pada negara. Seperti halnya China, eksplorasi dan eksploitasi 100 persen oleh asing tapi begitu minyak keluar dari perut bumi, negara menguasai.

"Keuntungan kita berikan, tetapi dampak benefit rasio terhadap pengurangan impor begitu tinggi," ungkapnya.

Evi mengatakan jika Indonesia masih bergantung pada impor maka akan berbahaya pada stok energi di dalam negeri. Terlebih di tengah kondisi ekonomi global yang kacau seperti ini akibat perang Ukraina dan Rusia, ketersendatan logistik sangat mungkin terjadi.

(Optimalisasi produksi, Red.) sangat bermanfaat bagi pemenuhan energi di dalam negeri maupun pengurangan impor kita. Cadangan devisa kita yang lepas untuk beli minyak itu (dapat diminimalisasi, Red.)," kata Evi.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler