DPR Ajak Ulama hingga Masyarakat Memilih Pemimpin yang Mampu Membenahi Moralitas Bangsa

Moralitas anak bangsa saat ini sangat amat memprihatinkan.

republika/mgrol100
Ilustrasi Pemilu. Legislator mengajak para ulama, kyai, tokoh masyarakat, dan seluruh masyarakat untuk bersama-sama memilih calon pemimpin yang mampu memperbaiki moralitas bangsa dan ekonomi bangsa, bukan yang menambah utang.
Rep: Mabruroh Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPR RI Dapil Jember, Hamid Noor Yasin turut menghadiri malam Haul Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid di Tanggul, Jember, Jawa Timur. Dalam kesempatan itu, anggota DPR asal PKS ini mengajak para ulama, kyai, tokoh masyarakat, dan seluruh masyarakat untuk bersama-sama memilih calon pemimpin yang mampu memperbaiki moralitas bangsa dan ekonomi bangsa, bukan yang menambah utang.

Baca Juga


"Tidak pernah bosan menimba ilmu kepada Habib Muhdor bin Muhammad bin Shaleh baik secara langsung dan tidak langsung, juga para Habib yang lain dan keluarga beliau," ujar Hamid dalam sambutannya di acara Haul Habib Shaleh Tanggul ke-47 tahun.

Hamid menyampaikan bahwa moralitas anak bangsa saat ini sangat amat memprihatinkan, misalnya saja kasus 15 ribu anak yang mengajukan permintaan dispensasi nikah. Ke-15 ribu anak ini kata dia, hanya di Jawa Timur saja belum di wilayah-wilayah lain di Indonesia, yang artinya menunjukkan betapa merosotnya moralitas anak bangsa saat ini.

"Betapa parahnya, artinya apa? Mereka hamil belum saatnya, tentu melalui proses yang tidak dibenarkan secara syariat. Saya tidak ingin menyalahkan siapa-siapa tentu panjenengan tahu semua apa penyebabnya," kata Hamid dalam sambutannya, yang dikutip dari kanal Youtube Nawabi TV, Ahad (7/5/2023).

Tentu saja kasus hamil di luar nikah ini bukan saja satu-satunya kasus yang menunjukkan merosotnya moralitas bangsa Indonesia, masih banyak kasus-kasus lain yang berkaitan dengan hukum dan korupsi. "Macam-macam, lihat di tv isinya itu semua, kita bukan pada tempatnya cerita itu. Tapi intinya, itulah salah satu dari produk hasil kekuasaan," ujar Hamid.

Kemudian lanjut Hamid, ketika berbicara tentang variabel ekonomi, di mana kondisi Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Hutang selalu bertambah, utang pemerintah Rp 7.700 triliun dan utang BUMN sekitar Rp 6.000 triliun.

"Jadi utang kita Rp 14 ribu sekian triliun itu, jika dibagi ke seluruh anak bangsa dari baru lahir sampai yang mau meninggal, itu masing-masing kepala harus menanggung beban (utang) Rp 50 juta. Ini kesalahan siapa? Tidak perlu saling menyalahkan tapi panjenengan semua ngerti juga ini salah siapa," ujar Hamid.

Karenanya Hamid menekankan dalam pemilihan Presiden di 2024 mendatang agar masyarakat jangan asal pilih. Pilihlah bakal pemimpin yang visioner dan memiliki keberpihakan kepada rakyatnya.

"Memang kalau kita bicara infestasi, infestasi kita memenuhi target Rp 800 triliun tercapai. Menyedot tenaga kerja sekian juta 2022. Tapi kita tidak pernah mengkritisi orang-orang yang di PHK itu lebih besar dari tenaga kerja yang diserap. Menyerap tenaga kerja 1 juta yang di PHK 1,6 juta. Lalu menciptakan 10 juta lapangan kerja, ini untuk siapa dan dimana?" ujar Hamid.

Terakhir, Hamid sedikit menyinggung tentang pentingnya mentadaburi ayat Alquran dan kekuasaan sebagaimana yang diajarkan oleh Habib Shaleh. Ada dua ayat dalam Alquran yang memerintahkan untuk mentadaburi ayat-ayat Alquran.

Pertama surat An-Nisa ayat 82 dan surat muhammad ayat 24. Kedua ayat tersebut jika diperhatikan ujarnya, memerintahkan mentadaburi Alquran tapi kedua ayat ini berada di antara ayat-ayat yang berbicara tentang kekuasaan.

"Jadi betapa pentingnya ini mempelajari Quran dengan kekuasaan. Karena memang kekuasaan ini sumber dari segala kebaikan, juga sumber dari segala kerusakan. Ketika kekuasaan tidak memperhatikan membenahi moral anak bangsa, maka yang terjadi seperti sekarang ini, anak-anak ABG minta dispensasi nikah. Mohon maaf, mayoritas mereka melakukan perzinahan, ini menjadi keprihatinan kita bersama," terangnya.

Oleh karena itu, Hamid meminta kerjasama  para habib, para alim ulama, para kyai, tokoh masyarakat, dan masyarakat semua untuk bersama-sama terlibat aktif dalam memperbaiki bangsa ini.

"Yang paling minimal adalah kita menyadarkan anak bangsa untuk menjadi pemilih yang cerdas, sehingga memilih itu bukan berdasarkan ya sesuatu itu 'ongkos' berdasarkan warna biru atau merah. Memilih itu berdasarkan rasionalitas rasional, demi kebaikan kita semua seluruh warga bangsa bukan hanya urusan dunia tapi juga urusan akhirat," kata Hamid.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler