Alumni ITB Dorong Penggunaan Energi Bersih Terbarukan Agar Indonesia Nol Emisi Karbon
Transisi Energi akan berdampak kepada lingkugan hidup secara menyeluruh.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Reuni 45 tahun alumni ITB angkatan 1978, diisi dengan Seminar Hilirisasi dan Transisi Energi mengangkat isu Nasional dan Global. Menurut Koordinator Seminar, Taufik Sastrawinata, melalui seminar ini, Ikatan Alumni ITB Angkatan 1978 berkomitmen untuk mendorong peningkatan nilai ekspor sumber daya alam dan transisi penggunaan energi berbahan bakar fosil ke energi bersih terbarukan.
"Ini dilakukan, agar bisa menuju Indonesia emas dengan nol emisi karbon," ujar Taufik, dalam siaran persnya, Kamis (11/5/2023).
Hilirisasi, kata dia, akan meningkatkan devisa negara dan menyejahterakan rakyat Indonesia. Selain itu, akan meningkatkan nilai tambah dari bahan mentah yang selama ini diekspor dalam keadaan raw material dengan nilai yang sangat rendah.
"Dengan adanya proses Hilirisasi maka akan terjadi nilai tambah sehingga menjadikan nilainya dapat mencapai 5-10 kali," katanya.
Selain itu juga, kata dia, akan terjadi TKDN yang meningkat dan transfer of technology. Sehingga akan menambah lapangan pekerjaan dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia Indonesia.
Transisi Energi, kata dia, akan berdampak kepada lingkugan hidup secara menyeluruh dengan mengurangi peran energi fosil terutama batubara menjadi energi bersih berupa Energi Terbarukan yang berasal dari tenaga surya, air, angin, biomasa dan lain-lain.
"Selain itu juga penggunaan batere Lithium pada moda trasportasi. Sehingga, mengurangi bahan bakar minyak yang cadangannya dalam proses berkurang dan semakin mahal," katanya.
Menurutnya, kebijakan nasional Hilirisasi dan Transisi Energi akan sangat berpengaruh terhadap kemajuan Indonesia. Sehingga akan membuat Indonesia lebih berperan dalam dunia global pada saat 2045 yang akan menjadikan Indonesia Emas setelah 50 Tahun merdeka pada 17 Agustus 1945.