Cegah Anak Lahir dengan Talasemia, Pasangan yang Hendak Menikah Perlu Jalani Analisis Hb

Kelahiran anak dengan talasemia bisa dicegah.

Republika/Putra M. Akbar
Bayi baru lahir (ilustrasi). Talasemia memang tidak bisa disembuhkan, tetapi kelahiran anak dengan talasemia bisa dicegah dengan melaksanakan pemeriksaan darah dan analisis Hb sebelum calon orang tua menikah.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis anak Teny Tjitra Sari menyarankan pasangan yang hendak menikah menjalani pemeriksaan darah dan analisis hemoglobin (Hb). Itu penting untuk mengetahui kemungkinan adanya kelainan darah yang bisa diturunkan kepada anak.

"Sebelum menikah harus periksa darah dulu, karena pemerintah ingin pasangan yang menikah harus sehat semua, agar keluarga bahagia, jadi, kalau bisa tes sampai analisis Hb biar tahu dan mencegah kalau memang ayah dan ibu pembawa sifat," kata dr Teny dalam diskusi daring yang diselenggarakan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta dalam rangkaian peringatan Hari Thalassemia Sedunia tanggal 8 Mei, Jumat (12/5/2023).

Dokter Teny mengingatkan agar calon orang tua yang merupakan pembawa sifat talasemia sebaiknya tidak menikah dengan sesama pembawa sifat. Sebab, penyakit ini memang diwariskan dari ayah dan ibunya.

Baca Juga


"Ayah pembawa sifat dan ibu pembawa sifat, maka kemungkinan anak 25 persen menderita talasemia mayor, 50 persen seperti ayah dan ibunya, dan 25 persen normal," ujar dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.

Teny menjelaskan bahwa talasemia memang tidak bisa disembuhkan, tetapi kelahiran anak dengan talasemia bisa dicegah dengan melaksanakan pemeriksaan darah dan analisis Hb sebelum calon orang tua menikah. Diagnosis talasemia ditegakkan melalui analisis Hb.

"Tetapi ini tidak bisa dilakukan di puskesmas, harus di rumah sakit besar, minimal tipe B, atau laboratorium swasta, agar tahu ini talasemia dan jenis apa. Kalau (rumah sakit) tipe B tidak bisa, tipe A juga bisa beberapa, misalnya di RSCM Jakarta Pusat," katanya.

Pasangan pembawa sifat talasemia yang telanjur menikah dan memiliki anak, menurut Teny, sebaiknya segera membawa anak untuk menjalani tes darah dan analisis Hb.

"(Penderita) talasemia memang harus selalu mendapatkan transfusi, tetapi usahakan ambil sampel darah dulu sebelum transfusi, itu bisa dilakukan hampir di semua fasilitas kesehatan. Karena, kalau anak Hb-nya rendah, dia tidak bisa beraktivitas dengan baik, anak bisa sesak nafas, dan ini mengancam jiwa," katanya.

Teny menyarankan analisis Hb pada anak yang diduga mengalami  talasemia tidak terburu-buru dilakukan apabila anak telanjur mendapatkan transfusi darah. Menurut dia, waktu yang tepat untuk menjalani analisis Hb adalah tiga sampai empat pekan setelah transfusi darah, saat kadar Hb sudah turun sekitar 7 gr per desiliter.

"Kalau memang disangka talasemia, tetap harus analisis Hb, tetapi jangan cepat-cepat dilakukan setelah transfusi, karena nanti yang diperiksa darah orang lain, bukan darah anak itu," katanya.

Teny juga menyampaikan beberapa gejala talasemia yang perlu menjadi perhatian orang tua. Anak bisa tampak wajah pucat, mata kuning, dan perut buncit.

Perut anak yang mengalami talasemia bisa menjadi buncit akibat pembengkakan pada hati dan limpa. Itu terjadi karena tubuhnya tidak mampu mengelola zat besi dengan baik.

Teny mengatakan, tubuh penderita talasemia tidak bisa menghasilkan oksigen dengan baik. Mereka juga tidak dapat mengelola zat besi dengan baik.

"Zat besi ada, namun berlebih, darahnya pecah-pecah, sehingga itulah yang menyebabkan mata kuning," katanya.

Menurut informasi yang disiarkan oleh Kementerian Kesehatan, talesemia merupakan penyakit kelainan darah merah yang diturunkan dari kedua orang tua kepada anak. Penyakit itu disebabkan oleh berkurangnya atau tidak terbentuknya protein pembentuk hemoglobin utama manusia, yang menyebabkan eritrosit mudah pecah dan menyebabkan pasien menjadi pucat karena kekurangan darah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler