Ekonomi Syariah Ditengah Ketidakpastian Global

Ekonomi syariah dinilai banyak memiliki peluang demand-side drievrs dan supply-side drivers, tidak hanya pada sektor keuangan perbankan, tapi juga pada industri halal global.

retizen /Ade Nurhidayah
.
Rep: Ade Nurhidayah Red: Retizen
Source : Personal Documentation in International Conference on Muslim World Economy and Business

Di tengah kondisi pemulihan ekonomi dunia yang sedang menghadapi kesulitan, Indonesia diprediksi menjadi salah satu negara yang akan tetap tumbuh kuat di tahun 2023 ini. International Monetary Fund (IMF), sebuah lembaga sentral dari sistem moneter internasional merilis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 meningkat 0,2 poin presentase menjadi 5,0% (World Economic Outlook, 2023). Sementara itu, kegagalan sistem perbankan AS dan dan Eropa menambah ketidakpastian terhadap outlook kedua kawasan yang mendapat tekanan berat dari inflasi dan pengetatan moneter yang agresif sehingga diperkirakan perekonomian global melambat sebesar 2,8% di tahun 2023.


Prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil, tentu didukung oleh beberapa momentum pemulihan ekonomi. Pertama, huge nation & large economy. Terbukti dari negara Indonesia yang dinobatkan sebagai negara dengan populasi penduduk terbesar ke 4 di dunia dan ekonomi terbesar ke 10 dalam hal paritas daya beli. Kedua, pemulihan ekonomi yang lebih cepat. Terbukti dari pemulihan ekonomi yang kuat dengan peningkatan 5,3% dari PDB tahun 2022 dan telah melampaui pertembuhan pra-pandemi sejak Q4 tahun 2021 (World Bank, 2023).

Dalam membentuk perekonomian yang dinamis, kuat, mandiri, berkelanjutan, dan berkeadilan tentu memerlukan peran penting reformasi sektor keuangan. Adapun salah satu langkah yang dapat ditempuh yakni dengan meningkatkan tata kelola perbankan, terutama dalam memperluas peluang perbankan syariah.

Indonesia dengan populasi umat muslim terbesar di dunia mencapai 11,92%. Kemudian pangsa pasar keuangan syariah di Indonesia per tahun 2022 tercatat 10,41% dan terdapat peningkatan dari tahun sebelumnya yang mencapai 10%. Survei Nasional Literasi dan Keuangan (SNLIK) 2022 menunjukkan bahwa indeks inklusi keuangan syariah baru mencapai 12,12%, berbeda jauh memang jika dibandingkan dengan indeks keuangan secara umum yang telah mencapai 85,10%. Akan tetapi, berbagai pihak masih terus mengupayakan untuk mewudujukan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024. Begitupun pemerintah Indonesia, yang memiliki visi untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah terkemuka di dunia. Inklusi keuangan ditargetkan dapat mencapai 90% di tahun 2024 nanti, dan tentu perlu banyak upaya peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah melalui berbagai program dan inovasi yang dicanangkan.

Selain itu, dalam implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia, ada beberapa indikator yang ditetapkan sebagai target agenda di tahun 2020-2024, salah satunya ialah poin 8 dan 17 yang berkaitan dengan ketahanan ekonomi dan pertumbuhan yang berkualitas (Bappenas, 2023).

Ekonomi syariah juga dinilai banyak memiliki peluang demand-side drievrs dan supply-side drivers, tidak hanya pada sektor keuangan perbankan, tapi juga pada industri halal global. Dari sisi permintaan : Pertama, populasi umat muslim yang besar sekitar 25% dari populasi dunia. Kedua, ekonomi negara muslim terus berkembang. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi ditahun 2020-2026, ekonomi negara muslim diprediksi akan tumbuh 7% per tahun. Ketiga, ketaatan nilai islam mendorong penggunaan produk dan jasa halal. Dibuktikan bahwa sekitar 70%-90% masyarakat muslim di Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika Utara menilai agama penting dalam kehidupan. Keempat, tingginya kesadaran akan ecthical consumericme, yang berarti produk-produk halal akan semakin digemari. Kelima, konektivitas digital dan e-Commerce yang meningkat, tentu membuat peluang pasar industry halal semkain terbuka luas. Kemudian peluang dari sisi penawan ialah: Pertama, ekonomi syariah sebagai strategi nasional. Dimana ekonomi syariah menjadi strategi yang diversifikasi bagi negara-negara muslim penghasil minyak. Kedua, melalui adanya peran keuangan islam dalam pembiayaan. Terbukti pada pertengahan awal 2021, penerbitan sukuk mencapai 100 miliar dollar.

Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya peningkatan literasi inklusi keuangan syariah ke depan, dapat mendorong tingkat pemahaman dan pengetahuan masyarakat terhadap produk dan layanan keuangan syariah.

Sumber :

International Monetary Funds (2023)

Statistik Perbankan Syariah – Januari (2023)

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2023)

https://www.worldbank.org/en/country/indonesia/overview

https://www.ojk.go.id/ojk-institute/id/capacitybuilding/upcoming/1340/memperkuat-literasi-dan-inklusi-keuangan-syariah

sumber : https://retizen.id/posts/215676/ekonomi-syariah-ditengah-ketidakpastian-global
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler