Penyakit 'Sapi Benjol' di Tangerang Capai 303 Ekor, DPKP: Peningkatannya Signifikan

Kasus penyakit kulit berbenjol pada hewan ternak mengalami peningkatan penularan

ROL/Fakhtar K Lubis
Sapi (ilustrasi). Hewan ternak sapi yang terjangkit lumpy skin disease (LSD) atau penyakit kulit berbenjol di wilayahnya mencapai 303 ekor.
Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Tangerang, Banten, melaporkan hewan ternak sapi yang terjangkit lumpy skin disease (LSD) atau penyakit kulit berbenjol di wilayahnya mencapai 303 ekor. Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner DPKP Kabupaten Tangerang Joko Ismadi mengatakan bahwa kasus LSD terus bertambah dalam beberapa pekan terakhir.

Baca Juga


"Sampai tanggal 3 Mei ada 219 kasus di 13 kecamatan. Tetapi ternyata ada tambahan lagi di tiga kecamatan dengan total 303 kasus LSD," kata dia, Senin (15/5/2023).

Menurutnya, kasus penyakit kulit berbenjol pada hewan ternak itu mengalami perluasan tingkat penularannya, dari sebelumnya hanya ditemukan di 13 kecamatan, kini bertambah tiga wilayah dengan total menjadi 16 kecamatan. "Ini cukup signifikan peningkatannya karena memang kendalanya kami sedang kejar tayang untuk program vaksinasi PMK yang 10 ribu. Kemudian di tiga sampai empat bulan terakhir dengan penambahan kasus 300-an cukup besar," ujarnya.

Dia menyebut, ratusan hewan ternak yang dinyatakan positif terpapar penyakit kulit berbenjol itu, secara umum merupakan hewan ternak jenis sapi. "Yang terpapar itu kebanyakan hewan ternak jenis sapi, dan secara umum kebanyakan kasus dari sapi," ujarnya.

Meski terjadi perluasan dan penambahan kasus,sebagian hewan sapi yang sebelumnya dinyatakannya positif LSD sejauh ini sudah mulai sembuh seiring dengan upaya pengobatan yang dilakukan oleh pihaknya. "Ada beberapa juga hewan yang sebelumnya suspek saat ini sudah sembuh juga," ujarnya.

Dia mengatakan, salah satu upaya mengenai kasus hewan ternak yang terkena LSD sama dengan penanganan terhadap hewan yang kena penyakit mulut dan kuku (PMK), yakni dipisahkan dari sapi yang sehat. Selanjutnya, tim kesehatan hewan yang ada di lapangan melakukan vaksin dan pengobatan atau pemberian vitamin.

"Kami coba maksimalkan kira-kira apa yang bisa kami lakukan, apakah di waktu senggang kami vaksinasi PMK. Kasus yang dulu sudah mulai sembuh. Tapi, pada intinya sekarang kami secara maksimal melakukan penanganan," kata dia.

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler