Rusia dan Belarusia Mengaktifkan Pemeriksaan di Perbatasan Pertama Kalinya dalam 28 Tahun
Langkah ini diambil menjelang penerapan kesepakatan tentang pengakuan visa.
REPUBLIKA.CO.ID, TALLINN -- Belarusia kembali mengaktifkan pemeriksaan di perbatasan Rusia. Ini adalah pertama kalinya dalam 28 tahun dilakukan pemeriksaan di perbatasan sepanjang 1.239 kilometer.
Menteri Luar Negeri Belarusia Sergei Aleinik pada Rabu (17/5/2023) mengatakan, pengenalan kontrol perbatasan bertujuan untuk menghindari masuknya warga negara ketiga ke Belarusia. Langkah ini diambil menjelang penerapan kesepakatan antar pemerintah tentang pengakuan visa.
Namun, aktivis hak asasi manusia berpendapat bahwa pemeriksaan perbatasan akan menargetkan pria Rusia yang berusaha menghindari mobilisasi menjadi tentara Rusia. Aleinik mengatakan, pemeriksaan orang-orang yang melintasi perbatasan Belarusia-Rusia dilakukan oleh penjaga perbatasan Belarusia yang bekerja sama erat dengan Rusia.
“Ini sebenarnya bukan kontrol, ini lebih seperti memantau situasi di perbatasan,” kata Aleinik.
Pada 1995, semua kontrol perbatasan antara Rusia dan Belarus telah dihapus. Rusia dan Belarusia memiliki perjanjian aliansi. Kremlin menyubsidi ekonomi Belarusia melalui pinjaman dan potongan harga minyak dan gas Rusia.
Sebelumnya Rusia telah menggunakan Belarus, sekutu yang bergantung secara ekonomi, sebagai batu loncatan untuk mengirim pasukan dan rudal ke dalam perang di Ukraina.
Pemeriksaan oleh dinas perbatasan Belarusia dimulai 5 Mei, tetapi otoritas Belarusia tidak mengomentari perkembangan ini hingga Rabu. Sementara Menteri Pengembangan Digital Rusia Maksut Shadayev mengatakan, database terpadu dari orang-orang yang memenuhi syarat untuk dinas militer harus tersedia pada musim gugur, bersamaan dengan pengenalan panggilan elektronik.
Di bawah aturan baru Rusia, siapa pun yang menjalani panggilan elektronik dilarang meninggalkan negara itu sebelum muncul di kantor pendaftaran.
Ribuan orang Rusia telah melarikan diri ke Belarusia untuk menghindari mobilisasi pasukan perang di Ukraina.
Dalam satu kasus, seorang warga Rusia, Alexei Moskalyov melarikan diri dari Rusia ke Belarusia. Moskalyov dijatuhi hukuman dua tahun penjara setelah putrinya menggambar "anti-perang" di sekolah. Moskalyov ditahan di Minsk pada Maret dan kemudian diekstradisi ke Rusia.
“(Presiden Belarusia Alexander) Lukashenko menanggapi setiap ancaman, termasuk sabotase, dengan peningkatan kontrol, yang juga bermanfaat bagi Rusia, yang berupaya membatasi kemampuan meninggalkan negara bagi mereka yang mencoba menghindari mobilisasi dan partisipasi dalam perang dengan Ukraina," kata Pavel Sapelko dari pusat hak asasi manusia Belarusia Viasna.