Memaafkan Terbukti Bikin Kesehatan Mental Jadi Lebih Baik

Menyimpan dendam merupakan pilihan tidak sehat untuk jiwa.

www.freepik.com
Seseorang dibekap emosi (ilustrasi). Tidak semua orang benar-benar bermaksud menyakiti ketika mengkritik Anda.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesehatan mental tentu perlu diperhatikan demi kesejahteraan hidup. Menyimpan dendam merupakan pilihan tidak sehat untuk jiwa.

Hal itu didukung oleh sebuah studi baru dari Harvard University, yang mengungkapkan bahwa memaafkan orang lain dapat bermanfaat bagi kesehatan mental secara keseluruhan. Peneliti internasional di Harvard T.H. Chan School of Public Health di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat mempelajari 4.598 subjek dari lima negara, yakni, Kolombia, Hong Kong, Indonesia, Afrika Selatan, dan Ukraina.

Peserta yang diteliti adalah mereka yang mengaku telah disakiti atau tersinggung akibat sikap orang lain. Subjek diambil melalui latihan mandiri bernama "forgiveness workbook".

"Buku kerja ini terkait dengan berbagi strategi, termasuk bagaimana mengingat kembali perasaan sedih dibandingkan menekannya, serta berempati dengan pelaku," kata peneliti Harvard, Tyler VanderWeele selama sesi tanya jawab dengan New York Times bulan lalu, dikutip dari Fox News, Jumat (19/5/2023).

Selama dua pekan setelah menyelesaikan latihan mandiri, para peserta melaporkan berkurangnya gejala kecemasan dan depresi dibandingkan dengan mereka yang tidak mencatat di buku kerja. VanderWeele mengindikasikan bahwa disposisi untuk memaafkan "berpotensi sangat dibutuhkan" dengan "meningkatnya polarisasi masyarakat" saat ini. Orang juga diperkirakan menjadi lebih pemaaf ketika memikirkan kembali bagaimana berinteraksi dengan dunia "secara lebih umum".

"Ini pasti tidak akan menjadi yang terakhir kalinya saya disakiti atau tersinggung oleh orang lain, jadi ketika ini terjadi lagi, mungkinkah saya berada dalam posisi yang lebih baik untuk memaafkan?" kata VanderWeele.

Dr M David Rudd, profesor psikologi terkemuka di University of Memphis, memberikan tanggapan terhadap penelitian tersebut. Dia mengatakan temuan itu konsisten dengan apa yang diketahui selama ini tentang bekerja dengan mereka yang berjuang dengan masalah pasca trauma selama beberapa waktu.

Baca Juga


Memaafkan dinilai penting dalam proses pemulihan trauma. Rudd mengatakan, cepatnya intervensi berpotensi sangat penting, terlebih dengan mempertimbangkan dampak pada kecemasan, depresi, dan kesejahteraan secara keseluruhan secara lebih umum.

Rudd menyebut bahwa pemaafan penting dalam proses pemulihan trauma, khususnya bagi para veteran militer. Sering kali, ini tentang memaafkan diri sendiri.

"Intervensi memaafkan membantu mengatasi perjuangan umum pasca trauma yang melibatkan rasa bersalah dan malu yang terus-menerus, terutama pada veteran yang terlibat dalam pertempuran," kata Rudd.

Penelitian ini dinilai merupakan kontribusi yang bagus, dan menunjukkan potensi kuat dari intervensi memaafkan dengan cepat dan terstruktur. Hal itu diyakini dapat diterapkan secara luas di berbagai konteks, namun membutuhkan pelatihan klinis yang terbatas.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler