Kemarin, Paus Kembali Terdampar Hingga Konser Coldplay yang Kian Ramah Lingkungan

Coldplay berupaya selalu menjaga dan meningkatkan konsep konser ramah lingkungan.

Dok Humas Pemprov Jatim
Proses evakuasi bangkai Paus Balin yang terdampar di perairan Surabaya untuk kemudian diangkut ke Museum Satwa Jatim Park 2, Kota Batu, Kamis (18/5/2023). Paus Balin yang memiliki panjang 12 meter dan berat 10 ton tersebut nantinya akan dijadikan objek wisata edukasi maritim.
Rep: Febrian Fachri/ Umi Nur Fadhilah Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, ROKAN HILIR -- Sabtu (20/5/2023) seekor paus dikabarkan terdampar di perairan Panipahan, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil). Ini merupakan kali kedua paus terdampar di perairan Indonesia dalam waktu satu bulan.


Saat ditemukan warga, di perairan dangkal, paus ini dalam keadaan lemas. Agar paus tersebut selamat, masyarakat melakukan penyelamatan dengan menyeret kembali paus tersebut ke dalam lautan.

Proses evakuasi kembali ke laut dilakukan dua nelayan setempat, dengan cara mengikat ekor paus dan diseret ke laut. Paus dipastikan selamat dan telah berada di perairan yang lebih dalam.

Sebelumnya pada Sabtu, 13 Mei 2023 sekitar pukul 20.00 WIB, seekor Paus Balin juga terdampar di Surabaya. Pada mulanya, nelayan mengira bangkai paus tersebut adalah batu. Bangkai paus tersebut ditemukan terjerat tanaman mangrove yang jauh dari permukiman warga.

Selain berita paus terdampar isu lain yang tak kalah ramai diperbincangan terkait lingkungan adalah soal konser band Coldplay. Band asal Inggris tersebut terkenal sangat peduli dengan lingkungan dalam setiap konsernya.

Vokalis Coldplay Chris Martin dalam wawancaranya dengan Najwa Shibab dikutip dari Youtube Mata Najwa mengatakan, sekitar 45 persen dari keseluruhan penyelenggaraan konser bertajuk “Coldplay Music of The Spheres World Tour” sudah ramah lingkungan. Coldplay menilai konsep ramah lingkungan dan berkelanjutan menjadi unsur penting dalam tur mereka.

Coldplay berupaya selalu menjaga dan meningkatkan konsep konser ramah lingkungan menjadi lebih baik lagi. “Hal ini menjadi sama pentingnya dengan musik itu sendiri, karena tentu saja jika tidak ada bumi, tidak ada musik. Jadi, kami merasa memiliki tanggung jawab untuk melakukan apa yang bisa kami lakukan dalam bisnis kami,” kata dia.

Penyanyi bernama Christopher Anthony John Martin itu berharap, orang lain melakukan hal serupa dalam pekerjaan dan bidangnya masing-masing. Dia memastikan konsep ramah lingkungan sangat menyenangkan.

“Keren juga bahwa di konser kami Anda bisa berinteraksi dengan hal-hal ini. Ada lantai kinetik yang bisa Anda lompati untuk menghasilkan energi, ada sepeda yang jika dikayuh dapat menghasilkan energi, atau siapa pun yang membeli tiket dapat menanam pohon. Hal-hal ini membuatnya menjadi sangat menyenangkan,” ujar ayah dua anak itu.

Martin memastikan penggemarnya di Indonesia dapat menyaksikan dan merasakan konsep konser ramah lingkungan dan berkelanjutan saat konser di Jakarta pada November mendatang. “Kami mencoba untuk menunjukkan, yang memang butuh waktu bahwa bersih dan hijau itu bagus untuk bisnis,” kata dia.

Martin memastikan konsep ramah lingkungan dan berkelanjutan bukan hanya sesuatu yang digunakan untuk amal. Konsep berkelanjutan juga bukan berarti Anda harus mengurangi kualitas dalam hidup.

“Justru ini sesuatu yang secara alami harusnya ada dalam sebuah bisnis, jika Anda ingin bisnis tersebut berjalan dengan baik,” ujar dia. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler