Ini yang Terjadi Sebelum Nabi Yunus Ditelan Ikan Paus dan Skenario Allah SWT yang Indah

Allah SWT menyelamatkan Nabi Yunus alaihissalam dari kegelapan dalam ikan paus

Maxi Jonas/Reuters
Ikan Paus. Allah SWT menyelamatkan Nabi Yunus alaihissalam dari kegelapan dalam ikan paus
Rep: A Syalaby Ichsan Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Dalam perut Paus, Yunus mendapati tiga kegelapan. Gelap di dalam perut ikan, gelap di dasar lautan, dan kegelapan malam. Meski gelap, dia merasakan pancaindranya masih bisa bergerak. Di dalam perut ikan, nabi Allah SWT itu pun berdoa.

Baca Juga


 

وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

 

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." (QS Al Anbiya ayat 87)   

 

Di dalam tafsir Ibnu Katsir, diceritakan bahwa Yunus ibnu Mata AS diutus Allah SWT kepada penduduk Kota Nainawi. Sebuah kota besar yang terletak di negeri Mosul. Yunus menyeru mereka untuk menyembah kepada Allah SWT. 

 

Namun, mereka menolak ajakan Sang Nabi. Yunus pun meninggalkan mereka dalam keadaan marah. Dia lantas mengancam kepada mereka akan datang azab dari Allah SWT dalam waktu tiga hari dari sejak kepergiannya. 

 

لَوْلَا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلَّا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَىٰ حِينٍ 

 

"Dan, mengapa tidak ada (penduduk suatu kota yang beriman), lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu tertentu." (QS Yunus ayat 98).

 

Nabi pun pergi meninggalkan kaumnya untuk berlayar menuju lautan. Yunus menaiki kapal dalam kondisi jiwa yang terguncang. Dia pergi sendirian. Tidak ada seorang pun sahabat yang menemaninya. Di tengah perjalanan, gelombang ombak mulai menyapu permukaan kapal. 

 

Nakhoda pun mengambil kebijakan untuk mengurangi muatan demi menjaga kestabilan kapal.  Alhasil, dia melakukan undian kepada seluruh penumpang. Barang siapa namanya keluar, akan dilempar ke tengah laut. 

 

Undian dilakukan. Nama Nabi Yunus keluar. Kemudian, undian diulangi kedua kali. Lagi-lagi keluar nama Sang Nabi. Hingga undian ketiga, nama Nabi Yunus terus keluar. 

 

Baca juga: 7 Daftar Kontroversi Panji Gumilang Pimpinan Al Zaytun yang tak Pernah Tersentuh

 

Undian dilakukan hingga tiga kali karena banyak penumpang yang tidak ingin Yunus dibuang ke laut. Karena hasilnya tidak berubah, ditetapkanlah Yunus sebagai penumpang yang harus dibuang ke lautan. 

 

وَإِنَّ يُونُسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ فَالْتَقَمَهُ الْحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٌ

 

"Sesungguhnya Yunus benar-benar seorang rasul. (Ingatlah) ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan. Kemudian, ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka, ia ditelah oleh ikan besar dalam keadaan tercela..."(QS As Shaffat 139).

 

 

Dalam tafsir Fi Dzilalil Quran, Said Quthb menjelaskan, Nabi Yunus disebut juga Dzun Nun yang berarti pemilik paus. Maknanya, paus telah menelannya kemudian memuntahkannya. Kisahnya terjadi saat dia diutus ke suatu negeri dan mendakwahkan penduduknya untuk beriman kepada Allah SWT. Namun, mereka mengabaikan dakwahnya. 

Dadanya menjadi sempit dan dia pergi meninggalkan mereka dalam keadaan marah. Dia tidak bersabar terhadap rintangan dakwah bersama mereka. Dia menyangka bahwa Allah SWT tidaklah mempersempit lingkup dakwahnya di bumi karena bumi itu sangat luas. 

Negerinya pun banyak dan kaum-kaumnya bermacam-macam. Selama orang-orang yang ada di kaumnya mendustai dakwah, Allah pasti mengutusnya. Allah akan mengarahkannya kepada kaum lainnya. 

Itulah makna dari  فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ "..Lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya).."? (QS Al Anbiya 87). 

Said Quthb menulis, kemarahan Yunus yang menggelora menuntunnya ke tepi pantai hingga menumpang kapal sampai akhirnya ditelan paus. Di dalam perut paus, Yunus bertobat dan mengakui kesalahannya. Dia memohon ampun karena merasa termasuk orang-orang yang zalim.  

Allah SWT  pun mengabulkan doanya. Tuhan menyelamatkannya dari duka dan kesempitan. Paus itu lantas memuntahkannya ke daratan. Jika saja dia tidak termasuk mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut itu sampai hari berbangkit. Yunus lantas dilemparkan ke daerah yang tandus dalam keadaan sakit. 

Ditumbuhkan untuk Sang Nabi sebatang pohon dari jenis labu. Kemudian, Allah mengutusnya kepada seratus ribu orang atau lebih. Mereka pun beriman karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu. (QS as-Shafaat: 148).

Baca juga: Mualaf Theresa Corbin, Terpikat dengan Konsep Islam yang Sempurna Tentang Tuhan

Said Quthb menjelaskan, Allah SWT menimpakan kesempitan kepada Nabi Yunus lewat tekanan bertubi-tubi dari kaumnya. Padahal, jika saja dia menerima dan bersabar terhadap sikap kaumnya, tekanan itu akan lebih mudah dan ringan. 

Akhirnya, Yunus mengakui kezaliman yang dilakukan kepada dirinya sendiri. Pun dakwahnya dan kewajibannya saat ditelan paus. Allah SWT pun menjaganya dan menyelamatkannya dari duka dan bencana. 

 

Allah SWT mengembalikan Yunus kepada kaumnya yang berjumlah seratus ribu orang itu. Mereka beriman, beristighfar, dan meminta ampunan dari Allah SWT. Allah SWT pun mendengar permintaan mereka dan tak menurunkan azab bagi mereka yang sudah bertobat.  

sumber : Harian Republika
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler