Kasus Kematian Akibat Perkenalan Via Medsos Sering Terjadi, Remaja Harus Tahu Netiket
Netiket sangat penting dikenalkan oleh pihak terkait dengan penyelenggara internet.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kematian anak Penjabat (Pj) Gubernur Papua Pegunungan Nikolaus Kondomo berinisial ABK (16 tahun) menyisakan pelajaran penting bagi remaja dan orang tua. Sebelum meninggal dunia, korban diperkosa oleh tersangka AN, pemuda berusia 22 tahun yang baru mengenal korban melalui media sosial sejak 3 Mei 2023.
Pengamat internet, Judith MS Lubis, mengaku sangat sedih mendengar berita tersebut. Terlebih, kematian akibat perkenalan via medsos sudah acap kali terjadi. Ia menilai insiden tersebut bisa terjadi karena kurangnya ilmu atau etika berinternet (netiket) tentang dampak dari media sosial pada remaja.
"Sosialisasi yang dilakukan oleh para penyelenggara internet ke remaja masih kurang," kata Judith kepada Republika.co.id, Rabu (24/5/2023).
Oleh karena itu, menurut Judith, netiket itu sangat penting dikenalkan oleh pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggara internet. Edukasi itu perlu digulirkan ke berbagai pihak secara simultan tanpa henti untuk mencegah terulangnya kasus perkenalan di media sosial yang berujung pada tindak kejahatan.
Netiket atau nettiquette adalah etika dalam berkomunikasi lewat internet. Netiket memiliki fungsi yang sama dengan etika yang ada di dalam lingkungan sosial manusia, yaitu merupakan tata krama atau sopan santun yang harus diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.
"Tugas ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah melainkan operator seluler, produsen ponsel, dan lainnya," ujarnya.
Judith mengatakan semua pihak memiliki tanggung jawab untuk edukasi, bukan hanya menjual produk atau akses data tanpa berpikir dampaknya bagi pengguna remaja. Judith mengungkapkan saat ini banyak anak usia dini sudah miliki akun akun media sosial tanpa dibekali tanggung jawab dan tak mengerti bahaya maupun dampak gunakan media sosial tanpa pendampingan orang tua.
"Yang dikejar jumlah followers tanpa menyadari bahaya atau sisi lain dari media sosial itu sendiri," kata Judith.
Edukasi internet
Judith menjelaskan pada 2000 sampai 2005, Asosiasi Warnet dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia didukung oleh Telkom Indonesia, Kemenkominfo, serta operator telekomunikasi menyambangi sekolah dan pesantren di berbagai wilayah Indonesia melalu program Sekolah 2000. Para praktisi internet kala itu bahu membahu sosialisasi dampak internet bagi anak, remaja, maupun keluarga.
"Saat ini, internet lebih mudah diakses didalam genggaman tanpa diiringi pengetahuan dampak yang bisa terjadi saat terlalu mudah memberikan data diri pada orang yang belum dikenal baik, sehingga jatuh korban yang tidak kita inginkan," ujar Judith.
Judith berharap sosialisasi netiket kembali digencarkan ke sekolah-sekolah baik oleh operator telekomunikasi maupun perusahaan media sosial. Netiket perlu diajarkan kepada anak dan remaja serta ke pada ibu rumah tangga agar mereka bisa mengedukasi anak-anaknya di rumah.