Korban Gigitan Hewan Penular Rabies Harus Cepat Ditolong Agar Virus tak Mencapai Otak

Sampai saat ini, belum ada obat yang mampu menyembuhkan penyakit rabies.

ANTARA/Muhammad Adimaja
Vaksinator menyuntikkan vaksin rabies ke anjing. Pemerintah mencanangkan Indonesia bebas rabies pada 2030.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, MAUMERE -- Dokter spesialis penyakit dalam di RSUD dr T. C. Hillers Maumere, Asep Purnama, mengingatkan pentingnya penatalaksanaan atau penanganan yang cepat dan tepat terhadap kasus gigitan hewan penular rabies (HPR), khususnya anjing di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Daerah tersebut telah menjadi daerah KLB rabies.

"Kalau digigit, cuci luka dengan air mengalir dan sabun karena sabun membunuh virus, harus cepat dan tepat dan segera datanglah ke Rabies Center untuk mendapat penanganan," kata dr Asep yang juga merupakan sekretaris Komite Rabies Flores dan Lembata dalam In House Training Tatalaksana Gigitan HPR dan Kasus Rabies di RSUD dr T C Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, Rabu (24/5/2023).

Baca Juga


Waspada gigitan hewan rabies. - (Republika)



Di hadapan para dokter dan perawat yang ada dalam lingkup rumah sakit daerah tersebut, dr Asep menjelaskan agar para tenaga kesehatan tidak panik dengan kejadian gigitan HPR yang membutuhkan pertolongan di fasilitas pelayanan kesehatan. Apabila ada kasus gigitan, penanganannya harus dilakukan sesegera mungkin agar virus rabies tidak mencapai otak.

Untuk kasus dengan risiko rendah, pasien dapat langsung diberikan vaksin antirabies (VAR). Namun, untuk kasus dengan risiko tinggi, pasien harus diberikan VAR dengan serum antirabies (SAR).

Dokter Asep mengatakan, rabies memang penyakit yang mematikan, tapi bisa dicegah dengan mencuci luka serta pemberian VAR dan SAR sesuai indikasi. Namun, pencegahan rabies harus dimulai dengan pencegahan penularan melalui vaksinasi HPR khususnya anjing.

"Jangan panik. Setelah digigit, cuci luka, langsung beri VAR atau SAR," ujar Asep.

Asep menuturkan, saat positivity rate spesimen otak anjing berada pada angka di atas 50 persen, maka akan terjadi kejadian luar biasa (KLB).

Pada tahun 2018, katanya, dari 118 spesimen otak anjing yg diperiksa Balai Besar Veteriner Denpasar Bali, ada 60 spesimen positif rabies, dengan positivity rate sebesar 50,8 persen. Akhirnya, diputuskan KLB Rabies di Sikka pada tahun 2019.

Kini, 17 spesimen otak anjing yg diperiksa, ada 10 yang positif rabies dengan positivity rate sebesar 58 persen. Kabupaten Sikka pun dinyatakan KLB Rabies pada 2023.

Dokter Asep menjelaskan, sampai saat ini belum ada obat yang mampu menyembuhkan penyakit rabies. Pencegahan pascapaparan ialah dengan cuci luka dan vaksinasi masih menjadi cara menyelamatkan warga dari ancaman kematian akibat virus rabies.

Dokter Asep pun mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dalam beraktivitas karena rabies telah menjadi KLB di kabupaten itu. Ia meminta kerja sama dari para pemilik agar bersedia memberikan hewan peliharaannya sebagai salah satu pencegahan penularan rabies.

"Kalau punya peliharaan, diikat. Kita tidak tahu anjing itu rabies kalau belum ada gejalanya. Untuk keselamatan diri, jangan digigit anjing. Yang olahraga, lari pagi atau sore, hati-hati," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler