Angelina Jolie Sadar Risikonya, Perempuan Lain Perlu Tahu Faktor Risiko Kanker Payudara
Ada faktor risiko kanker payudara yang tidak dapat diubah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tahun 2022 menyebutkan kanker payudara menempati urutan pertama kanker terbanyak di Indonesia serta menjadi penyumbang kematian pertama akibat kanker. Data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6 persen) dari total 397.914 kasus baru di Indonesia.
Sementara itu, untuk jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu. Tim Onkologi RS Kramat 128, Prof Zubairi Djoerban SpPD KHOM, FINASIM menjelaskan, penyebab kanker payudara dibagi menjadi dua, yaitu penyebab yang bisa diubah dan tidak bisa diubah.
Penyebab yang bisa diubah:
1. Fisik tidak aktif
Orang yang minim aktivitas fisik lebih mudah kena kanker payudara. Kebanyakan duduk dapat membuat Anda cepat meninggal. Jadi, jangan terlalu lama duduk.
"Nonton TV sudah setengah jam, berdiri sebentar, lima menit jalan-jalan, duduk lagi boleh," kata Prof Zubairi.
2. Obesitas
Ukur indeks massa tubuh (IMT). Jika IMT lebih dari 30, itu tandanya Anda obesitas. Kalau lebih dari 40, kondisinya sangat serius. Selain bisa sebabkan kanker payudara, obesitas bisa memicu penyakit lain seperti strok dan penyakit jantung.
"Jaga berat badan, jangan sampai obesitas. Karena ini memudahkan berbagai macam kanker, termasuk kanker payudara dan lainnya," ujarnya dalam Seminar Long Survivor Kanker Payudara dengan tema "Tetap Sehat dan Produktif Bersama Kanker Payudara" di Jakarta, Senin (22/5/2023).
3. Riwayat hormone replacement therapy (HRT)
Perempuan dengan gangguan menopause biasanya menjalani hormone replacement therapy untuk mengatasi rasa tidak nyaman, salah satunya vagina terasa kering. Terapinya dengan pemberian pil estrogen.
"Hati-hati, hal ini memudahkan timbulnya kanker," ujarnya.
Oleh karena itu, jangan konsumsi pil sembarangan untuk mengurangi keluhan menopause. Pil ini lebih mudah menyebabkan kanker payudara.
4. Riwayat reproduksi dan tidak menyusui
Risiko kanker payudara meningkat pada ibu yang hamil pertama di usia lebih dari 30 tahun. Prof Zubairi pun menyerukan agar perempuan dewasa tidak menunda-nunda untuk menikah.
"Kalau sudah dewasa, sudah punya penghasilan berapapun, lebih cepat menikah lebih baik. Jadi kalau hamil pertama di bawah 30 tahun, risiko kanker payudara rendah. Kalau hamil pertama di atas 30 meningkat sedikit, kalau disertai obesitas meningkat banyak, apalagi kalau tidak menyusui," tuturnya.
Ibu yang tidak menyusui bayinya juga berisiko terkena kanker payudara.
"Kalau bisa menyusui, membesarkan anak dengan menyusui. Setahun sangat bagus, dua tahun istimewa. Enam bulan pas-pasan. Lebih lama menyusui lebih baik," ujarnya.
5. Tidak pernah melahirkan bayi cukup usia (35 sampai 37 minggu usia kehamilan)
Melahirkan prematur risiko kanker payudara sedikit meningkat.
6. Konsumsi alkohol
Konsumsi minuman beralkohol meningkatkan risiko kanker payudara. Oleh karena itu, lebih baik menghindarinya.
Faktor risiko kanker payudara yang tidak bisa diubah:
1. Usia
Usia lanjut meningkatkan risiko kanker payudara.
2. Riwayat reproduksi
Perempuan berusia lebih dari 30 tahun dan belum pernah melahirkan.
3. Bentuk payudara yang padat
Menurut Prof Zubairi, payudara lebih besar dan lebih padat berisiko sedikit lebih tinggi untuk kena kanker payudara.
4. Riwayat keluarga
Risiko kanker payudara mencapai 80 persen jika ada tiga anggota keluarga terkena penyakit tersebut. Tanpa ada riwayat keluarga, risikonya hanya sekitar 11 persen.
5. Riwayat pengobatan radioterapi
Pasien yang mendapatkan pengobatan radioterapi karena kanker lain, risikonya terkena kanker payudara akan meningkat.
6. Mutasi genetik
Ibunda dari aktris Angelina Jolie menderita kanker payudara. Jolie kemudian menjalani pemeriksaan dan hasilnya memperlihatkan ada mutasi genetik.
Angelina memiliki risiko kanker payudara 75 sampai 80 persen. Menghindari risiko tersebut, dia memilih menjalani operasi pengangkatan payudara (mastektomi) ganda.
"Dia melakukannya di usia 30 tahun, padahal dia sehat, tapi ke depan pasti kena kanker payudara," jelas Prof Zubairi.
Ikuti Whatsapp Channel Republika