Presiden Belarusia: Pergerakan Senjata Nuklir Taktis Rusia Dimulai
Dengan mengerahkan senjata nuklir taktisnya di Belarusia, Rusia mengikuti jejak AS.
REPUBLIKA.CO.ID, TALLINN -- Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan, pergerakan senjata nuklir taktis milik Rusia telah dimulai. Hanya saja, dia tidak memerinci status senjata itu sudah benar-benar tiba di negaranya atau tidak.
Pernyataan itu muncul saat Rusia dan Belarusia menandatangani kesepakatan yang meresmikan pengerahan senjata nuklir taktis Moskow di wilayah sekutunya pada Kamis (25/5/2023). Kesepakatan ini kelanjutan dari pengumuman Presiden Rusia Vladimir Putin pengerahan senjata jarak pendek di Belarusia awal tahun ini.
Namun, waktu pasti senjata itu akan dikerahkan tidak diumumkan. Putin mengatakan, pembangunan fasilitas penyimpanan di Belarus untuk senjata itu akan selesai pada 1 Juli.
Lukashenko menghadiri pertemuan Dewan Ekonomi Tertinggi Eurasia dengan Putin dan para pemimpin Armenia, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan. Penandatanganan kesepakatan terjadi saat Rusia bersiap untuk serangan balasan oleh Ukraina. Baik pejabat Rusia maupun Belarusia juga membingkai langkah tersebut sebagai didorong oleh permusuhan dari Barat.
“Penyebaran senjata nuklir nonstrategis merupakan respons efektif terhadap kebijakan agresif negara-negara yang tidak bersahabat dengan kami,” kata Menteri Pertahanan Belarusia Viktor Khrenin di Minsk pada pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Shoigu.
“Dalam konteks eskalasi ancaman yang sangat tajam di perbatasan barat Rusia dan Belarusia, sebuah keputusan dibuat untuk mengambil tindakan balasan di bidang militer-nuklir,” ujar Shoigu.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) yakin Rusia memiliki sekitar 2.000 senjata nuklir taktis. Jumlah tersebut meliputi bom yang dapat dibawa oleh pesawat terbang, hulu ledak untuk rudal jarak pendek, dan peluru artileri.
Putin berpendapat, dengan mengerahkan senjata nuklir taktisnya di Belarusia, Rusia mengikuti jejak AS. AS memiliki senjata nuklir yang berbasis di Belgia, Jerman, Italia, Belanda, dan Turki.
Senjata nuklir taktis merupakan alat untuk menghancurkan pasukan dan senjata musuh di medan perang. Benda tersebut memiliki jangkauan yang relatif pendek dan hasil yang jauh lebih rendah daripada hulu ledak nuklir yang dipasang pada rudal strategis jarak jauh yang mampu melenyapkan seluruh kota.
Rusia dan Belarusia memiliki perjanjian aliansi dengan Istana Kremlin mensubsidi ekonomi Belarusia, melalui pinjaman dan potongan harga minyak dan gas Rusia. Sedangkan Moskow menggunakan wilayah Minsk sebagai tempat persiapan untuk menyerang negara tetangga Kiev dan mempertahankan kontingen pasukan dan senjata di sana.