Produktivitas Demplot Padi di Lokasi CSA Jabar Naik 0,56 Ton per Hektare

Pusluhtan Kementan sebut terjadi peningkatan 1 ton per ha gabah di lokasi scaling up

dok kementan
Pada kegiatan Mid Term Review Mission dan FFD di Subang, Kapusluh Bustanul Arifin Caya mengatakan SIMURP melalui BPPSDMP Kementan difokuskan pada upaya strategi pemerintah untuk mengantisipasi dampak negatif perubahan iklim global melalui CSA.
Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG - Produktivitas padi di lokasi penyuluhan melalui Demonstration Plot (Demplot) rata-rata meningkat 0,56 ton per hektare pada lokasi Climate Smart Agriculture (CSA) dari Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) yang digelar Kementerian Pertanian RI di Provinsi Jawa Barat.


Hasil evaluasi tahun 2022, menunjukkan peningkatan rata-rata 0,56 ton/ha, dari 6,19 ton/ha di lokasi non CSA menjadi 6,75 ton/ha di lokasi CSA. Hal itu diperkuat data produktivitas dari Badan Pusat Statistik (BPS) melalui perhitungan Kerangka Sampling Area (KSA).

Kegiatan CSA SIMURP di Jawa Barat dilaksanakan pada 3 Daerah Irigrasi (DI) yakni DI Jatiluhur, Cikeusik dan Cipancuh yang yang mencakup empat kabupaten: Cirebon, Indramayu, Subang dan Karawang.

Peningkatan produktivitas padi pada lokasi Demplot CSA dikemukakan Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan) dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian - Kementerian Pertanian RI (BPPSDMP) Bustanul Arifin Caya pada Jumat (26/5) di Desa Jatimulya, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang pada kegiatan ´Mid Term Review Mission dan Farmer Field Day (FFD)´ di lokasi CSA SIMURP 2023. Begitu pula rata-rata produktivitas di lokasi scaling up Potok Beusi, terjadi peningkatan 1 ton/ha Gabah Kering Panen (GKP) dari 6,3 ton/ha di lokasi non CSA menjadi 7,3 ton/ha di lokasi CSA.

Capaian produktivitas pada lokasi CSA tersebut sejalan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mendorong peningkatan produktivas beras nasional sebagai pangan pokok rakyat Indonesia.

"Peningkatan produktivitas pertanian khususnya padi, harus menjadi tantangan kita bersama karena beras sangat penting bagi kehidupan bangsa," katanya.

Sementara Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi mendorong peningkatan kapasitas para penyuluh pertanian untuk menggenjot produktivitas padi nasional.

"Para penyuluh saat ini dituntut harus mampu adaptasi dengan penggunaan teknologi digital dalam proses budidaya pertanian," katanya.

Dedi Nursyamsi menambahkan peningkatan produktivitas padi nasional seharusnya tidak sesulit dulu. Pasalnya, teknologi pertanian terus berkembang, varietas-varietas padi unggul juga tersedia.

Pada kegiatan ´Mid Term Review Mission dan FFD di Subang, Kapusluh Bustanul Arifin Caya mengatakan SIMURP melalui BPPSDMP Kementan difokuskan pada upaya strategi pemerintah untuk mengantisipasi dampak negatif perubahan iklim global melalui CSA.

"Tujuannya, meningkatkan produksi, produktivitas dan IP (Indeks Pertanaman) serta menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK)," katanya.

CSA juga, kata Bustanul, merupakan pendekatan yang mentransformasi dan orientasi ulang sistem produksi pertanian dan rantai nilai pangan, sehingga mampu mendukung pertanian berkelanjutan dan memastikan ketahanan pangan di tengah perubahan iklim.

"Kegiatan CSA SIMURP dilakukan melalui pendekatan sekolah lapang berupa Demplot, pertemuan lapang, Bimtek, Farmer Field Day serta pengawalan dan pendampingan oleh penyuluh," katanya lagi.

Kegiatan ´Mid Term Review Mission´ CSA SIMURP 2023 dan Farmer Field Day (FFD) di Subang, Jumat (26/5) dihadiri tim PUPR Pusat, Julianto dan Tim Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum; Tim Bank Dunia, Ijsbrand Harko de Jong; Board of Directors Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) David Osborne; General at PMC Retail, Eom Subastian; TA CPIU Komponen B, Yoo serta Koordinator Tenaga Pendamping Masyarakat (KTPM) dan TPM.

Turut hadir Kabid Penyuluhan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Pemprov Jabar, Kepala Pertanian Kabupaten Subang; Koordinator dan Sub Koordinator Kelompok Lingkup Pusat, serta Penyuluh Pertanian Pusat; Manager, Deputi dan tim Pengelola SIMURP.

Sebagaimana diketahui, Program SIMURP merupakan modernisasi irigasi strategis dan program rehabilitasi mendesak. Pengelolaannya lintas empat kementerian dan lembaga yakni Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dengan target lokasi Daerah Aliran Sungai (DAS).

Lokasi kegiatan Program SIMURP tersebar pada 24 kabupaten di 10 provinsi yang merupakan daerah irigasi maupun daerah rawa di antaranya Provinsi Sumatera Utara di Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai; Kabupaten Banyuasin dan Musi Banyuasin di Sumatera Selatan.

Pulau Jawa meliputi Kabupaten Cirebon, Indramayu, Karawang, Subang di Jawa Barat; tujuh kabupaten di Jawa Tengah yakni Banjarnegara, Purbalingga, Purworejo, Grobogan, Demak, Kebumen, Brebes; dan Kabupaten Jember di Jawa Timur.

Sementara di Kalimantan hanya Kabupaten Katingan di Kalimantan Tengah; Kabupaten Takalar, Bone, Pangkep, Pinrang; Konawe di Sulawesi Selatan; Kabupaten Konawe di Sulawesi Tenggara; Kabupaten Lombok Tengah di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Kabupaten Nagekeo di Nusa Tenggara Timur ([NTT).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler