Swedia Jadi Negara Bebas Rokok Pertama di Eropa

Swedia jadi negara dengan jumlah perokok terendah, kurang dari 5 persen dari populasi

wikipedia
Bendera Swedia (ilustrasi). Swedia menjadi negara dengan jumlah perokok terendah, kurang dari 5 persen dari total populasi.
Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Musim panas di udara, tidak boleh ada asap rokok di bar, restoran dan luar ruangan di Swedia. Saat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada Rabu (31/5/2023), Swedia, yang memiliki tingkat perokok terendah di Uni Eropa, hampir mendeklarasikan diri sebagai negara yang bebas dari asap rokok. 

Baca Juga


Negara ini telah menjadi negara dengan jumlah perokok terendah, kurang dari 5 persen dari total populasi. Banyak ahli memberikan pujian untuk kampanye dan undang-undang dilarang merokok selama beberapa dekade. 

Sementara negara lain menunjukkan kenaikan prevalensi 'snus', produk tembakau tanpa asap, yang dilarang di tempat lain di Uni Eropa tetapi dipasarkan di Swedia sebagai alternatif untuk rokok.

Apa pun alasannya, pencapaian kurang 5 persen para perokok aktif, sekarang sudah dalam jangkauan. Hanya 6,4 persen warga Swedia yang berusia di atas 15 tahun yang menjadi perokok setiap hari pada tahun 2019. Angka ini terendah di Uni Eropa dan jauh di bawah rata-rata 18,5 persen di seluruh blok 27 negara Eropa, menurut badan statistik Eurostat.

Angka-angka dari Badan Kesehatan Masyarakat Swedia menunjukkan bahwa angka perokok terus menurun sejak saat itu, mencapai 5,6 persen pada tahun lalu. "Kami menyukai cara hidup yang sehat, saya rasa itulah alasannya," kata Carina Astorsson, seorang penduduk Stockholm.

Merokok tidak pernah membuatnya tertarik, karena saya tidak suka baunya; saya ingin merawat tubuh saya," ujarnya menambahkan.

Risiko merokok tampaknya dipahami dengan baik di kalangan masyarakat Swedia yang sadar akan kesehatan, termasuk generasi muda. Dua puluh tahun yang lalu, hampir 20 persen dari populasi Swedia adalah perokok, yang merupakan angka yang rendah secara global pada saat itu. Sejak saat itu, langkah-langkah untuk mencegah merokok telah menurunkan angka perokok di seluruh Eropa, termasuk larangan merokok di restoran.

Prancis mengalami rekor penurunan tingkat merokok dari tahun 2014 hingga 2019, tetapi keberhasilan tersebut terhenti saat puncak pandemi Covid-19. Pandemi dianggap sebagian kalangan jadi penyebab stres yang mendorong orang untuk merokok.

Sekitar sepertiga orang berusia 18 hingga 75 tahun di Prancis mengaku pernah merokok pada tahun 2021. Jumlah yang sedikit meningkat dari tahun 2019, sekitar seperempat jumlah penduduk perokok setiap hari.

Swedia telah melangkah lebih jauh dari kebanyakan negara lain dalam memberantas jumlah perokok. Pemerintah Swedia mengatakan bahwa langkah ini telah menghasilkan berbagai manfaat kesehatan, termasuk tingkat kanker paru-paru yang relatif rendah.

"Kami adalah yang pertama dalam membatasi merokok di ruang publik, pertama larangan rokok di taman bermain, di sekolah dan pusat-pusat kegiatan setelah sekolah, dan kemudian di restoran, kafe luar ruangan, dan tempat-tempat umum seperti stasiun bus," kata Ulrika Arehed, sekretaris jenderal Swedish Cancer Society.

Merokok juga dilarang di halte bus dan peron kereta api serta di luar pintu masuk rumah sakit dan bangunan umum lainnya. "Secara paralel, pajak atas rokok dan pembatasan yang ketat terhadap pemasaran produk ini telah memainkan peran penting," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa Swedia belum sampai di sana, dengan mencatat bahwa proporsi perokok lebih tinggi pada kelompok sosio-ekonomi yang kurang beruntung. Namun bisa dipastikan pemandangan orang yang sedang merokok menjadi semakin langka di negara berpenduduk 10,5 juta jiwa ini.

Seperti di sebagian besar negara Eropa lainnya, Swedia melarang merokok di dalam bar dan restoran. Tetapi sejak 2019 larangan merokok di Swedia juga berlaku di area tempat duduk di luar ruangan.

Pada Selasa malam, teras-teras di Stockholm penuh dengan orang-orang yang menikmati makanan dan minuman di bawah sinar matahari yang mulai tenggelam. Tidak ada tanda-tanda para perokok, tetapi kaleng-kaleng snus atau produk tembakau bubuk terlihat di beberapa meja. Di sela-sela minum bir, beberapa pengunjung menyelipkan kantung-kantung kecil tembakau itu di bawah bibir atas mereka.

Para pembuat snus di Swedia telah lama mengangkat produk mereka sebagai alternatif, yang tidak terlalu berbahaya dari merokok. Swedia mengklaim bahwa produk mereka berjasa atas menurunnya angka perokok di negara tersebut. Namun, otoritas kesehatan Swedia enggan menyarankan para perokok untuk beralih ke snus, produk nikotin lain yang sangat adiktif.

Beberapa penelitian telah mengaitkan snus dengan peningkatan risiko penyakit jantung, diabetes, dan kelahiran prematur jika digunakan selama kehamilan. Sementara orang Swedia sangat menyukai snus, sehingga mereka menuntut pengecualian terhadap larangan Uni Eropa atas tembakau tanpa asap ketika mereka bergabung dengan blok tersebut pada tahun 1995.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler