Singapura-Australia Sepakat Stabilkan Kawasan Indo Pasifik
Singapura dan Australia memiliki pandangan yang sama tentang multilateralisme.
REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Pejabat Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong menyatakan, tidak ada negara di ASEAN yang ingin dipaksa untuk memihak atau berada dalam posisi harus menahan kebangkitan Cina atau membatasi kehadiran Amerika Serikat (AS). Aliansi negara-negara Asia Tenggara itu mengambil kerjasama regional dan keamanan untuk memiliki kerangka terbuka dan inklusif.
“Setiap langkah ke arah mana pun akan memiliki sedikit peminat di kawasan ini karena tidak ada seorang pun di ASEAN yang ingin melihat Perang Dingin yang baru," ujar Wong pada Pertemuan Tahunan Pemimpin Singapura-Australia ke-8 saat menggantikan Perdana Menteri Lee Hsien Loong.
Sikap terbuka daa inklusif dilakukan melalui forum-forum dengan ASEAN sebagai pusatnya, seperti Asean Defense Ministers’ Meeting Plus yang mencakup Asean dan delapan negara lainnya. “Kami menyambut pengaturan keamanan baru seperti Quad dan Aukus selama mereka terus menjunjung sentralitas ASEAN, menjunjung tinggi tatanan berbasis aturan berdasarkan hukum internasional,” kata Wong menekankan ASEAN akan terus melibatkan semua pihak.
Quad dibentuk pada 2004 dan secara resmi dikenal sebagai Dialog Keamanan Segiempat yang terdiri dari AS, Australia, India, dan Jepang. Sedangkan Aukus adalah pakta keamanan trilateral antara Australia, Inggris, dan AS yang diumumkan pada September 2021.
“Pendekatan kami bukan tentang non-alignment pasif, tetapi tentang multi-keterlibatan dengan semua pemain di kawasan, sehingga kawasan tidak akan didominasi oleh kekuatan tunggal mana pun. Akan ada pemain berbeda yang memiliki saham di kawasan ini, bekerja sama untuk kepentingan bersama kita,” ujar Wong.
Wong mencatat bahwa Singapura dan Australia memiliki pandangan yang sama tentang multilateralisme. Kedua negara dapat membantu mengarahkan perkembangan di kawasan menuju jalur yang memberi peluang terbaik untuk stabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Albanese mengatakan bahwa dialog selalu tindakan yang baik untuk diambil. “Keterlibatan dan diskusi membawa serta pemahaman,” ujarnya.
Menurut Albanese, multilateralisme bahkan lebih penting sekarang di dunia yang saling berhubungan. “Kami melihat konsekuensi ketika konflik terjadi, dampaknya terhadap orang-orang yang terkena dampak langsung di Ukraina, tetapi juga dampaknya terhadap ekonomi global, inflasi, dan harga energi," katanya menggunakan perang Ukraina yang sedang berlangsung sebagai contoh.