Ucapan Dzikir Saat Sedang dalam Perjalanan
Islam memberikan tuntunan dzikir saat seorang Muslim dalam sebuah perjalanan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam memberikan tuntunan dzikir saat seorang Muslim dalam sebuah perjalanan, baik dengan kendaraan maupun dengan berjalan kaki. Terdapat dzikir atau bacaan yang bisa dijadikan sebagai amal ibadah saat Anda ada dalam perjalanan, sebagaimana dituliskan Imam An-Nawawi dalam kitab Al Adzkaar.
Pertama, seorang Muslim yang sedang ada dalam perjalanan dapat mengucapkan asma-asma Allah SWT selama perjalanan. Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA.
Dalam riwayat tersebut, "Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tidak sekali-kali suatu kaum duduk di suatu majelis tanpa menyebut asma Allah SWT padanya melainkan mereka akan memperoleh kekecewaan. Tidak sekali-kali seorang lelaki menempuh suatu jalan tanpa menyebut asma Allah SWT padanya, melainkan ia akan memperoleh kekecewaan." (HR Ibnu Sinni)
Riwayat lain juga menunjukkan tentang bacaan dzikir yang bisa diucapkan saat seorang sedang dalam perjalanan. Riwayat ini dikeluarkan oleh Ibnu Sinni dan Imam Baihaqi dari jalur Abu Umamah Al Bahili.
Dalam riwayat tersebut, dikisahkan mengenai Malaikat Jibril AS yang mendatangi Nabi Muhammad SAW ketika beliau SAW ada di Tabuk. Lalu Jibril berkata, "Wahai Muhammad, saksikanlah jenazah Muawiyah bin Muawiyah Al-Muzanil."
Kemudian Nabi SAW keluar dan Malaikat Jibril AS turun bersama 70 ribu malaikat lain. Kemudian Jibril meletakkan sayap kanannya di atas bukit-bukit, maka merendahlah semua bukit-bukit. Dan ia meletakkan sayap kirinya di atas dataran. Maka merendahlah semua dataran, hingga Nabi SAW bisa melihat ke Makkah dan Madinah.
Setelah itu, Nabi Muhammad dan Jibril mensholatkan Muawiyah bin Muawiyah Al-Muzanil. Setelah selesai melaksanakan sholat jenazah, Nabi SAW bertanya, "Wahai Jibril, apakah gerangan yang mengantarkan Muawiyah hingga sampai kepada kedudukan ini?"
Jibril menjawab, "Karena bacaan Surat Qul Huwallaahu 'Ahad (Surat Al Ikhlas), baik dalam keadaan berdiri, berkendara, dan berjalan kaki."
Adapun bacaan Surat Al-Ikhlas lengkap beserta terjemahannya, sebagai berikut:
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ
"Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."
Pendakwah Mesir, Syekh Dr Ishom al-Ruby menuturkan, surat Al Ikhlas adalah surat terpendek dalam Alquran, maka sepatutnya setiap Muslim paham akan makna surat tersebut. Dia kemudian menjelaskan tafsir Surat Al Ikhlas, khususnya pada ayat 2.
Syekh Al-Ruby memaparkan, Allahusshomad yang artinya 'Allah tempat meminta segala sesuatu', bermakna bahwa Allah adalah Tuhan yang sempurna yang tidak bergantung pada siapa pun. Justru manusialah yang membutuhkan Dia. Setiap manusia membutuhkan Dia, tetapi Dia tidak membutuhkan siapapun.
Kata 'ashshomad' pada ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah tidak bergantung pada siapapun atau bahkan semua manusia. Meski semua manusia membutuhkan Allah, tetapi Dia tidak membutuhkan siapapun. "Maka sejatinya manusia itu fakir, miskin, lemah, hina. Tidak punya daya kekuatan. Dan Allah adalah sandaran para hamba-Nya," tuturnya.
Karena itu pula, cukuplah ayat 2 Surat Al Ikhlas untuk memberi gambaran kepada manusia bahwa mereka itu lemah dan tidak berdaya. Sebab, mereka membutuhkan Allah untuk bisa berdaya, dan memohon kepada-Nya agar permintaan mereka terkabul.