Tips Jamaah Haji Terhindar dari Penyakit Gangguan Jiwa

Kondisi fisik dan psikis yang melemah bisa picu gangguan kejiwaan.

Antara/Hanni Sofia
Petugas kesehatan memberi pendampingan kepada pasien Andi (89), calon haji asal Makassar yang menderita demensia di Rumah Sakit KKHI Mekkah, Arab Saudi, Minggu (21/7/2019).
Rep: Fuji E Permana Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Penanggung Jawab Layanan Psikiatri di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, dr. Erih Williasari Sp KJ menyampaikan, untuk mengantisipasi dan meminimalisasi penyakit gangguan jiwa yang mungkin menghinggapi jamaah haji Indonesia, sebaiknya jamaah haji saling membuka diri jika mengalami persoalan.

Erih mengatakan, jamaah haji juga perlu menciptakan lingkungan berhaji yang sehat dan saling memberi dukungan satu sama lain. Sebab jamaah haji Indonesia mempunyai kemungkinan terkena gangguan kejiwaan jika tidak mengantisipasi beberapa sindrom.

"Sindrom itu biasanya datangnya dari kondisi fisik dan psikis yang melemah, yang paling utama, pasien demensia timbul dari lingkungan yang kurang nyaman. Jadi sikonnya harus mendukung atau supporting sistemnya harus bagus. Harus ada penggambaran saat akan melakukan ibadah wajib seperti apa, ibadah sunnah seperti apa, supaya tidak terjadi shock culture," kata Erih di Ruang Rawat Inap Psikiatri KKHI di Makkah, Sabtu (3/6/2023).

Ia menjelaskan, demensia adalah kondisi menurunnya cara berpikir dan daya ingat seseorang yang biasanya terjadi pada lansia usia 65 tahun ke atas. Erih memberikan contoh, saat ini KKHI sedang melakukan perawatan pasien baru, seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba suka mengamuk tanpa sebab. Karena selama menjalani ibadah haji, harus dipisahkan dari suaminya.

Maka terhadap pasien demensia harus dijelaskan sedetail mungkin tentang sebuah hal yang akan dijalaninya. Supaya mereka tidak menemui pemahaman yang keliru.

"Seperti memberikan edukasi kepada anak-anak. Kuncinya ciptakan lingkungan yang nyaman. Karena pengobatan jiwa membutuhkan pendekatan psiko terapis. Dibutuhkan juga psiko terapis suportif atau pendampingan psikiater kepada lingkungan pasien," jelas Erih.

Erih menambahkan, secara psikologis atau kejiwaan penanganan pasien gangguan jiwa akan mudah dilakukan jika pasien mau dan mampu membuka diri atau speak up tentang apa yang tidak membuatnya nyaman.

"Jadi harus mau curhat, mau speak up, membuka diri, kita harus menjadi kawan yang penuh empati kepada pasien, agar terjalin komunikasi, selanjutnya sembari mengasup obat yang diberikan, beban jiwa pasien akan tertanggulangi dengan sendirinya," jelas Erih.

Erih menjelaskan, gangguan jiwa banyak faktornya, diantaranya depresi, cemas dan gangguan penyesuaian. Apalagi tanpa support system dari lingkungannya, maka akan mempercepat depresi dan kecemasan.

Kepala KKHI Makkah, dr Edi Supriyatna menambahkan, untuk mengantisipasi banyaknya gangguan jiwa dari jamaah haji Indonesia, sebenarnya sudah mengadakan manasik kesehatan untuk calon jamaah haji. Caranya dengan memberikan pembekalan kepada calon jamaah haji, serta mengubah pelan-pelan pola pikir calon jamaah haji, untuk belajar menyesuaikan dengan keadaan dan hal baru.

"Serta memberikan penjelasan yang mendekati kenyataan. Selain itu, tetap butuh dukungan keluarga. Makanya, curhat adalah bagus sekali untuk kesehatan," kata Edi.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler