Strategi BSI terhadap Ancaman Resesi 2023

Dampak resesi kepada Perbankan

retizen /Nirina Aulia
.
Rep: Nirina Aulia Red: Retizen
Bank Syariah Indonesia telah Menyiapkan Beberapa Strategi dalam Menghadapi Ancaman Resesi 2023.

Saat ini, perekonomian dunia tengah dihadapkan oleh ancaman resesi yang diperkirakan terjadi pada tahun 2023. Resesi disebut sebagai penurunan PDB riil yang terjadi selama dua kuartal berturut-turut. Menurunnya nilai riil tentunya menjadi alarm bagi perekonomian negara, bukan hal yang mudah menghadapi perekonomian yang menurun selama masa resesi.


Perekonomian dunia tengah mengalami gejolak inflasi yang diakibatkan adanya perang Rusia dan Ukraina yang membatasi aktivitas ekonomi sehingga menyebabkan harga komoditas energi dan pangan melonjak.

Isu mengenai akan terjadinya resesi 2023 tentu tidak luput dari perhatian terhadap Bank Syariah. Perbankan menjadi tulang punggung perekonomian yang tetap harus survive untuk menghadapi kemungkinan terjadinya resesi.

Mengingat situasi saat pandemi Covid-19, banyak nasabah yang mengalami kesulitan atau bahkan tidak mampu membayar akibat menurunnya pendapatan secara drastis, sehingga nasabah lebih mengutamakan menyalurkan uangnya untuk kebutuhan hidupnya dibandingkan membayar angsuran kepada pihak bank.

Hery Gunardi, Direktur Utama BSI mengatakan 2023 menjadi tahun yang menantang karena adanya resesi ekonomi global. Namun, menurutnya Indonesia masih memiliki peluang dan tidak terlalu terimbas karena memiliki domestik yang kuat.

Perekonomian Indonesia hanya akan berjalan sedikit lambat. Namun, BSI tetap menyiapkan strategi untuk mengantisipasi dampak resesi. Salah satunya yaitu memperkuat penyaluran pembiayaan bank pada dana pihak ketiga (DPK).

Pembiayaan menjadi salah satu aktivitas utama dalam perbankan syariah yang akan menyalurkan dana dari nasabah. Terkait risiko pembiayaan, hal ini bergantung kepada cara pengelolaan risiko terkait dengan pembiayaan yang disalurkannya.

Dana Pihak Ketiga adalah dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari masyarakat, terdiri dari simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito.

Semakin besar dana yang diterima oleh bank maka semakin besar penyaluran nilai dana yang akan dilakukan oleh bank syariah kepada masyarakat.

Bank juga dapat menyalurkannya untuk kegiatan operasional maupun kepada kegiatan investasi lain yang dapat membantu perekonomian negara.

Pihak pemerintah dapat memanfaatkan hal tersebut untuk mengatasi meningkatnya harga komoditas.

Berdasarkan data dari OJK pertumbuhan DPK pada Bank Syariah mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan pihak bank telah memberikan pelayanan yang layak sehingga masyarakat merasa puas.

Dengan melihat bertumbuh dan berkembangnya industri perekonomian dan perbankan syariah di Indonesia sejak tahun 2022, maka bank syariah memiliki peluang terhindar dari ancaman resesi 2023.

Perkembangan ini menjadi tanda positif bagi perbankan syariah di Indonesia untuk mampu memberikan daya saing dengan mampu bertahan di tengah ancaman ekonomi yang melanda.

Lembaga keuangan syariah memiliki peluang yang dapat dimaksimalkan sehingga dapat berperan sebagai penopang utama dalam menghadapi resesi 2023.

sumber : https://retizen.id/posts/221818/strategi-bsi-terhadap-ancaman-resesi-2023
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler