Kota Batu Kini Miliki Kawasan Perdesaan Agroforestri Kopi Lereng Arjuno
Komoditas kopi di lereng Arjuno menjadi harapan untuk menjadi komoditas ikonik Batu.
REPUBLIKA.CO.ID, BATU -- Wilayah Kota Batu kini mempunyai kawasan perdesaan Agroforestri Kopi Lereng Arjuno di Rumah Oyot, Coban Talun, Desa Tulungrejo, Kota Batu, Jatim. Peresmian ini telah dilaksanakan oleh Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa dan Pemerintah Kota (Pemkot) Batu, baru-baru ini.
Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai menjelaskan, Kota Batu memiliki luas wilayah 197 kilometer persegi. Kemudian juga diketahui memiliki 15,65 persen hutan lindung dan 16,8 persen hutan produksi. "Selain itu, juga ada 22,6 persen hutan konservasi," katanya.
Untuk mengembalikan kualitas ekologi kawasan hutan dengan tetap memperhatikan kesejahteraan masyarakat, kawasan perdesaan Agroforestri Kopi Lereng Gunung Arjuno sangat dibutuhkan. Untuk itu, kawasan agroforestri kopi akan memanfaatkan lahan di Desa Tulungrejo seluas 500 hektare dan Desa Sumbergondo seluas 500 hektare. Kemudian juga Desa Bulukerto seluas 300 hektare dan Desa Giripurno seluas 500 hektare.
Menurut Aries, ikon Kota Batu adalah apel hingga saat ini. Sementara itu, komoditas kopi di lereng Arjuno menjadi harapan untuk menjadi komoditas ikonik Kota Batu. Dalam konsep hutan lestari, dia berharap masyarakat turut serta mempertahankan kelestarian kawasan hutan produktif dan ikut bertanggung jawab serta mengelolanya.
Pada kesempatan sama, Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan, kawasan perdesaan Agroforestri Kopi Lereng Gunung Arjuno ini bisa menjadi penguatan produksi kopi dan penguatan pelestarian hutan. Bahkan, ini sekaligus untuk penguatan sinergi berbagai institusi.
Menurut dia, kopi saat ini sudah berhasil membangun Komunal Branding. Dengan komunal branding, jumlah dan keberlanjutan produk kopi untuk pasar ekspor bisa dipenuhi. Kualitasnya juga bisa kita tentukan agar sesuai standar sehingga harus disiapkan produksi kopi dengan baik karena potensi pasar ekspornya besar.
Khofifah juga mengatakan, kawasan perdesaan bisa dikembangkan menjadi desa-desa devisa. Syaratnya adalah produk unik asli dari desa tersebut. Nantinya Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) akan memberikan bantuan dan penguatan agar dapat menjadikan desa tersebut menghasilkan devisa.
Menurut dia, potensi ketika membangun sinergitas dengan instansi lain akan memberikan dampak berkelanjutan pada penguatan ekonomi. "Termasuk penguatan kesejahteraan petani serta masyarakat,” ucapnya dalam pesan resmi yang diterima Republika.