Himki Dorong Kinerja Industri Mebel dan Kerajinan
Daya saing industri mebel dan kerajinan RI ada pada sumber bahan baku alami.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) terus meningkatkan kinerja industri mebel dan kerajinan nasional. Hal tersebut mengingat mebel dan kerajinan adalah industri masa depan bagi Indonesia.
"Industri mebel dan kerajinan memiliki potensi pengembangan yang sangat besar, baik dari sisi bahan baku, sumber daya manusia, maupun serapan pasarnya," Ketua Presidium Himki Abdul Sobur melalui keterangan resmi, Ahad (18/6/2023).
Industri mebel dan kerajinan, lanjutnya, merupakan salah satu industri prioritas yang menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, berdaya saing global, sebagai penghasil devisa negara serta menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang signifikan. Di Tanah Air, industri ini didukung sumber bahan baku yang cukup berupa kayu, rotan, maupun bambu.
Daya saing industri mebel dan kerajinan Indonesia di pasar global, menurut dia, terletak pada sumber bahan baku alami yang melimpah dan berkelanjutan. Selain itu, keragaman corak dan desain yang berciri khas lokal, serta ditunjang oleh sumber daya manusia (SDM) yang kompeten.
Mengutip data BPS, Abdul Sobur mengungkapkan ekspor produk mebel dan kerajinan Indonesia selama Januari-Maret 2023 senilai 658,85 juta dolar AS atau turun 34,6 persen dibandingkan periode yang sama 2022 mencapai 1,01 miliar dolar AS. AS masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar dengan berkontribusi sebesar 53,76 persen diikuti oleh Jepang 6,41 persen, Belanda 4,12 persen, dan Jerman 3,53 persen.
Sementara itu, terkait target ekspor produk mebel dan kerajinan nasional pada 2024, dia menyebutkan pemerintah menetapkan senilai 5 miliar dolar AS. Pada 2021, realisasi ekspor mencapai 3,47 miliar dolar AS, tambahnya, sehingga dalam sisa tahun ke depan untuk mencapai 5 miliar dolar AS pada 2024, maka pertumbuhan yang harus dicapai adalah rata-rata 13,41 persen tahu per tahun.
"Artinya, lebih ringan dari target pertumbuhan sebelumnya sebesar 16,39 persen per tahun. Namun, karena adanya penurunan pada 2022, maka pertumbuhan harus mencapai 24,83 persen," kata Abdul Sobur.