Balas Kematian Warga Yahudi, Pemukim Israel Bakar Rumah dan Mobil Warga Palestina

Sekitar 30 rumah dan 60 mobil terbakar sebagian atau seluruhnya.

EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Asap mengepul dari ledakan saat serangan tentara Israel di kota Jenin, Tepi Barat, Senin (19/6/2023).
Rep: Amri Amrullah Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Ratusan pemukim Israel pada Rabu (21/6/2023), menyerbu sebuah kota di Tepi Barat, wilayah Palestina yang diduduki, dengan membakar puluhan mobil dan rumah warga Palestina. Para pemukim Israel ini beralasan, tindakan tersebut merupakan aksi balas dendam atas kematian empat warga Israel yang dibunuh oleh orang-orang bersenjata Palestina pada hari sebelumnya.

Baca Juga


Serangan pemukim Israel terjadi bersamaan dengan mobilisasi militer Israel sebagai pasukan tambahan di Tepi Barat, wilayah yang diduduki. Pengerahan itu terkait kebijakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang mengumumkan rencana pembangunan 1.000 rumah pemukim baru sebagai tanggapan atas penembakan mematikan tersebut.

Langkah-langkah Netanyahu tersebut akan mengancam, dan semakin meningkatkan ketegangan dengan kelompok pejuang Palestina. Terlebih setelah beberapa hari sebelumnya terjadi serangan mematikan pasukan Israel melawan roket dari pejuang Palestina di wilayah Tepi Barat.

Warga di Turmus Ayya mengatakan sekitar 400 pemukim Israel berbaris di jalan utama kota, membakar mobil, rumah, dan pepohonan. Wali kota di wilayah itu, Lafi Adeeb mengatakan sekitar 30 rumah dan 60 mobil terbakar sebagian atau seluruhnya.

"Serangan meningkat dalam satu jam terakhir bahkan setelah tentara datang," katanya. 

Sedikitnya delapan warga Palestina terluka dalam bentrokan tersebut, yang kemudian berusaha dibubarkan oleh tentara Israel dengan menembakkan peluru karet dan gas air mata. Menjelang sore, ia mengatakan bahwa situasi sudah mulai tenang.

Serangan pemukim tersebut membawa kembali kenangan akan amukan pemukim Yahudi pada Februari lalu, di mana puluhan mobil dan rumah warga Palestina dibakar di kota Hawara. Serangan pemukim Yahudi ini menyusul insiden pembunuhan sepasang saudara warga Israel oleh seorang pria bersenjata Palestina.

Penembakan pada Selasa (20/6/2023) di pemukiman Eli terjadi, sehari setelah tujuh orang Palestina tewas dalam pertempuran sepanjang hari melawan pasukan Israel di basis militan, kota Jenin. Kekerasan yang semakin memburuk ini menjadi ujian bagi pemerintah Israel dan memicu seruan untuk melancarkan operasi militer di Tepi Barat.

Ketika Israel mengerahkan lebih banyak pasukan ke daerah tersebut, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa ia telah menyetujui rencana untuk membangun 1.000 rumah baru di Eli. "Jawaban kami terhadap teror adalah memukulnya dengan keras dan membangun negara kami," kata Netanyahu.

Komunitas internasional menentang...

 

Komunitas internasional menentang pemukiman Yahudi di tanah yang telah diduduki Israel dan dimiliki oleh warga Palestina. Tanah yang akan menjadi sebuah negara merdeka di masa depan. Sayangnya, pemerintahan sayap kanan Netanyahu didominasi oleh para pemimpin dan pendukung pembangunan pemukim Yahudi.

Media Israel mengidentifikasi empat orang yang tewas dalam penembakan tersebut sebagai Harel Masood, 21 tahun, Ofer Fayerman, 64 tahun, dan Elisha Anteman, 18 tahun, Nahman-Shmuel Mordoff, 17 tahun. Seorang warga sipil Israel membunuh seorang penyerang di tempat kejadian, sementara pasukan Israel mengejar dan membunuh penembak kedua setelah ia melarikan diri.

Tentara mengatakan bahwa mereka meningkatkan kehadiran pasukannya di Tepi Barat. Pada Rabu (21/6/2023) pagi, warga Palestina mengatakan tentara Israel telah menangkap tiga tersangka di desa Urif, Palestina. Salah satu pelaku, dikaitkan dengan serangan tersebut dan memetakan rumah kedua pria bersenjata itu sebelum kemungkinan penghancuran rumah mereka.

Israel menghancurkan rumah-rumah para pelaku penyerangan dari warga Palestina, sebagai bagian dari kebijakan pembangunan pemukiman Yahudi. Israel beralasan penghancuran rumah mereka bertujuan untuk membuat jera para penyerang lainnya, namun para kritikus mengatakan bahwa taktik ini sama saja dengan hukuman kolektif.

Hamas tidak secara resmi mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, meskipun mereka mengidentifikasi kedua pria bersenjata - Mohannad Faleh, 26 tahun, yang dibunuh oleh seorang warga sipil di lokasi kejadian dan Khaled Sabah, 24 tahun, yang dibunuh oleh tentara ketika ia melarikan diri - sebagai anggotanya.

Setelah serangan hari Selasa, para pemukim Israel menyerang properti milik warga Palestina di desa-desa yang berdekatan, menyebabkan kerusakan properti yang luas. Sedikitnya lima warga Palestina terluka dalam serangan pemukim Israel, demikian laporan radio militer Israel.

Penembakan pada hari Selasa itu terjadi setelah baku tembak besar-besaran antara militan Palestina dan tentara Israel di kamp pengungsi Jenin utara, sehari sebelumnya. Tujuh warga Palestina tewas dan lebih dari 90 lainnya terluka dalam bentrokan tersebut.

Pada Rabu, jumlah korban tewas akibat serangan tersebut meningkat menjadi tujuh orang ketika Sadeel Naghniyeh, 15 tahun, meninggal dunia akibat luka-luka yang dideritanya dalam baku tembak tersebut, kata para pejabat kesehatan Palestina. Selain itu, delapan tentara Israel juga terluka dalam baku tembak tersebut.

Penembakan mematikan pada hari Selasa itu merupakan yang terbaru dari serangkaian kekerasan yang terjadi di wilayah tersebut, dalam satu setengah tahun terakhir.

Kekerasan dan penganiayaan yang terjadi ini tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Sedikitnya 130 orang Palestina dan 24 orang dari pihak Israel telah terbunuh sepanjang tahun ini, menurut penghitungan The Associated Press.

Israel telah melakukan serangan hampir setiap malam di Tepi Barat sebagai tanggapan atas serangkaian serangan mematikan oleh warga Palestina. Serangan itu menargetkan warga sipil Israel pada awal tahun 2022. Israel mengatakan bahwa sebagian besar warga Palestina yang terbunuh adalah militan.

Tetapi faktanya mereka hanyalah para pemuda pelempar batu, yang memprotes serangan tentara Israel. Sementara orang lain yang tidak terlibat dalam konfrontasi itu, juga terbunuh.

Israel merebut Tepi Barat, bersama dengan Yerusalem timur dan Jalur Gaza, dalam perang Timur Tengah tahun 1967. Sementara, Palestina menginginkan wilayah-wilayah yang telah diambil Israel tersebut untuk sebuah negara merdeka di masa depan.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler