Iran Dukung Supremasi Hukum di Rusia
Iran menyebut perkembangan terbaru di Rusia sebagai masalah internal.
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran menyebut perkembangan terbaru di Rusia sebagai masalah internal. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, menyatakan dukungannya terhadap supremasi hukum di Federasi Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh pemimpin pasukan bayaran Wagner Yevgeny Prigozhin melakukan pengkhianatan. Para anggota pasukan paramiliter Prigozhin melintasi perbatasan dari Ukraina ke Rusia, memasuki Kota Rostov-on-Don.
Tindakan itu dilakukan karena tuduhan pasukan Rusia menyerang para anggota Wagner di lapangan. Padahal Wagner telah bertempur bersama tentara reguler Rusia di Ukraina. Namun, konflik antara Wagner dan Istana Kremlin akhirnya dapat diredam usai mediasi yang ditengahi oleh Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.
Iran adalah sekutu utama Rusia dan telah dituduh negara-negara Barat memasok drone ke Rusia untuk digunakan dalam perang Ukraina. Bulan lalu, juru bicara Gedung Putih, John Kirby, mengatakan Iran telah mempertahankan posisinya sebagai pemasok militer utama Rusia saat perang di Ukraina terus berlarut-larut.
Iran pun telah berkali-kali membantah klaim tersebut. Teheran mengatakan, pihaknya menentang perang di Kiev dan mendukung kedua pihak yang bertikai untuk mengakhiri permusuhan jangka panjang melalui dialog.
Pejabat Iran mengatakan, hubungan antara kedua belah pihak didasarkan pada prinsip-prinsip bertetangga dan kepentingan bersama. Teheran sementara menolak pasokan perangkat keras militer ke Moskow.