Kapal Selam Swedia Dapat Memperkuat Armada Laut NATO

Swedia memiliki tiga kapal selam canggih kelas Gotland.

wikipedia
Bendera Swedia (ilustrasi). Swedia dapat membantu memperkuat armada laut NATO dan memperbaiki kerentanannya di Eropa barat laut.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Swedia dapat membantu memperkuat armada laut NATO dan memperbaiki kerentanannya di Eropa barat laut. Terutama di Laut Baltik, yang menjadi jalur air bersama dengan Rusia dengan hambatan untuk akses ke pelabuhan di delapan negara termasuk Jerman.

Baca Juga


Kunci Swedia untuk menjaga agar perairan dapat dilayari dalam konflik adalah armada kapal selamnya yang terkemuka di dunia. Menurut para analis, Swedia memiliki beberapa kapal selam konvensional tercanggih.

“Armada kapal selam Swedia dipersiapkan dengan baik untuk lingkungan ini dan akan menambah kemampuan kapal selam NATO secara keseluruhan di Baltik,” kata seorang pejabat NATO kepada Reuters.

Laut Baltik merupakan perairan yang cukup dangkal, atau disebut 'padang rumput banjir' oleh beberapa kalangan laut. Laut Baltik memiliki kedalaman rata-rata sekitar 60 meter sehingga terlalu dangkal untuk kapal selam bertenaga nuklir. Sebagian besar armada kapal selam Rusia dan Amerika Serikat (AS) adalah kapal selam nuklir.

Swedia memiliki tiga kapal selam canggih kelas Gotland dan satu model lama yang akan dipensiunkan ketika dua kapal desain baru A26 dikirimkan pada 2027 dan 2028. Swedia telah mengoperasikan kapal selam di Baltik sejak 1904. Tidak ada negara tetangga yang aktif di bawah air seperti Swedia.

“Kami memiliki keahlian regional, yang mengisi celah, keahlian yang tidak dimiliki NATO,” kata Komandan Armada Kapal Selam, Fredrik Linden.

Baltik juga merupakan jalur air yang kompleks. Dengan banyak sungai yang mengalirinya, Baltik memiliki tingkat salinitas yang sangat bervariasi. Hal ini mengubah daya apung kapal selam dan cara suara bergerak di bawah air, sehingga dibutuhkan pengetahuan lokal untuk berhasil menavigasi.  Kapal selam Swedia bisa bertahan di bawah air selama berminggu-minggu.

Saat terendam, kapal selam konvensional beroperasi dengan tenaga baterai.  Sebagian besar kapal selam perlu muncul kembali ke permukaan setelah beberapa hari di dalam laut agar mesin diesel mereka dapat bekerja untuk mengisi ulang baterai. Tetapi kapal selam Swedia memiliki oksigen cair yang disimpan dalam tangki untuk menjalankan mesin diesel di bawah air untuk mengisi ulang baterai, sehingga mereka dapat tetap berada di bawah air lebih lama dan mengurangi risiko deteksi.

Peneliti Senior di Institut Kebijakan Keamanan di Universitas Kiel, Sebastian Bruns mengatakan, dalam 30 atau 40 tahun atau mungkin lebih cepat, peperangan bawah air kemungkinan besar akan terjadi secara otonom. Untuk mengantisipasi itu, Swedia memesan dua kapal selam baru, yang akan dikirim pada 2027 dan 2028.

Dikenal sebagai A26, kapal selam buatan SAAB Kockums akan lebih besar dan lebih serbaguna daripada Gotlands. Kapal selam A26 memiliki fitur unik yaitu dive-lock berdiameter 1,5 meter, yang disebut multi-mission-portal. Fitur ini akan memungkinkan kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh (ROV), kendaraan otonom atau kelompok penyelam masuk dan keluar dengan mudah. Bruns mengatakan, hal itu membuat kapal selam ideal untuk perang dasar laut, misalnya perlindungan atau penghancuran jaringan pipa atau infrastruktur penting lainnya di dasar laut.

“Peperangan di dasar laut adalah masalah terpanas saat ini di kalangan angkatan laut,” kata Bruns, merujuk pada ledakan tahun 2022 yang menghancurkan pipa gas Nord Stream yang mengalir di bawah Baltik.

ROV dapat melakukan tugas seperti mengambil atau menempatkan objek di dasar laut, memindai area yang luas, atau menempatkan atau menghancurkan ranjau.  Mereka juga bisa terjun lebih dalam dari kapal selam biasa.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler