Doa Minta Diberikan Kedudukan atau Jabatan oleh Allah SWT

Hanya Allah SWT tempat meminta kedudukan dan jabatan.

Republika/Prayogi
Ilustrasi sumpah jabatan. Hanya Allah SWT tempat meminta kedudukan dan jabatan
Rep: Imas Damayanti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA –  Sebagai adab, kesopanan, dan permohonan kepada Allah SWT, umat Islam selalu diimbau untuk menghaturkan doa. Salah satu doa yang perlu dibaca adalah doa agar mendapatkan kedudukan.

Baca Juga


 

Dalam buku Kumpulan Doa Doa terbitan Kementerian Agama disebutkan doa memohon agar mendapatkan kedudukan. Berikut lafaznya sebagamana terdapat dalam surat Ali Imran ayat 26:

 

اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تتَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

 

"Allahumma maalikal mulki tu'til mulka man tasyaa-u wa tanzi'ul mulka mimman tasyaa-u wa tu'izzu man tasyaa-u biyadikal khairu innaka ala kulli syai'in qadir."

 

Yang artinya, "Katakanlah, wahai Tuhan yang memiliki kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki."

 

"Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu lah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu."

 

Bagi Muslim yang bekerja, mulailah semuanya dengan niat yang baik. Niat mencari ridha Allah SWT, niat menjalankan sunnah Rasulullah SAW, niat mencari nafkah untuk keluarga, niat menjauhkan diri dari malas dan miskin dengan bekerja, dan berbagai niat lainnya. Semua niat yang baik itu akan menjadi pahala.

Baca juga: Jalan Hidayah Mualaf Yusuf tak Terduga, Menjatuhkan Buku Biografi Rasulullah SAW di Toko

http://republika.co.id/berita//rx5339320/jalan-hidayah-mualaf-yusuf-tak-terduga-menjatuhkan-buku-biografi-rasulullah-saw-di-toko

 

 

Jabatan adalah amanah 

 

Jabatan itu adalah amanah yang harus diemban dengan baik, bahkan tidak boleh diminta-minta. 

 

عن أبي ذرٍ رضي الله عنه، قال: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللّهِ أَلاَ تَسْتَعْمِلُنِي؟ قَالَ: فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَىَ مَنْكِبِي. ثُمّ قَالَ: يَا أَبَا ذَرَ إنّكَ ضَعِيفٌ وَإنّهَا أَمَانَةٌ، وَإنّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ، إلاّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقّهَا وَأَدّى الّذِي عَلَيْهِ فِيهَاا

 

Suatu hari, Abu Dzar berkata, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau menjadikanku (seorang pemimpin)? Lalu, Rasul memukulkan tangannya di bahuku, dan bersabda, ‘Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau lemah, dan sesungguhnya hal ini adalah amanah, ia merupakan kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat, kecuali orang yang mengambilnya dengan haknya, dan menunaikannya (dengan sebaik-baiknya)” (HR Muslim).

 

Imam Ibnu Taimiyah dalam as-Siyasah as-Syari’yyah menjelaskan kriteria pemimpin yang baik, "Selayaknya untuk diketahui, siapakah orang yang paling layak untuk posisi setiap jabatan. Kepemimpinan yang ideal memiliki dua sifat dasar, kuat (mampu) dan amanah. Lalu, menyitir firman Allah:  

 

إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ “Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya” (QS al-Qashash [28]: 26).

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler