Wamen BUMN: Pertamina dan Shell Sudah Sepakati Soal Pembelian Saham di Masela
Pahala menyebut Pertamina dan Shell sudah menyepakati proses ambil alih saham.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri BUMN I Pahala N Mansury mengatakan, saat ini PT Pertamina (Persero) dan Shell sudah menyepakati proses ambil alih saham di Blok Masela. Meski belum ada angka pasti besaran biaya yang harus dibayarkan Pertamina, Pahala menegaskan bahwa pada pekan ini ada kepastian terkait peralihan saham ini.
"Sudah. Untuk pembahasan dengan Shell mengenai terms pembayaran dan juga jumlahnya sudah disepakati bersama. Mereka sudah mengerucut kesepakatan," ujar Pahala di Jakarta, Senin (3/7/2023).
Pahala pun menjelaskan, pada pekan ini, Pertamina maupun Shell akan merampungkan transaksi. "Iya, insya Allah, pekan ini," ujar Pahala.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memastikan Pertamina akan mengambil alih participating interest Shell sebesar 35 persen di Blok Masela. Proses pengambilalihan tersebut ditargetkan dimulai pada akhir Juni.
Arifin menjelaskan kedua belah pihak sejatinya sudah sepakat terkait harga PI yang akan dialihkelolakan. Kendati demikian, Arifin enggan membeberkan nilai peralihan PI.
"Sudah ada angkanya, masuk dalam targetnya yang akan ambil participating interest dan akan diselesaikan akhir bulan ini," ujar Arifin di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (16/6/2023).
Blok Masela merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan ditargetkan bisa menghasilkan gas sebesar 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35 ribu barel minyak per hari. Proyek ini dikelola oleh Inpex Masela Ltd yang bertindak sebagai operator dan memegang hak partisipasi 65 persen sementara 35 persen masih dipegang oleh Shell.
Inpex dan mitranya nantinya akan membangun Kilang Gas Alam Cair (LNG) di darat yang mulanya ditargetkan sudah bisa beroperasi pada 2027. Terbaru, operasional proyek ini diperkirakan mundur menjadi 2029.