Over Suplai Listrik Mulai Melandai, PLN Kerja Keras Genjot Konsumsi Listrik

Tingkat reserve margin wilayah Jawa Bali masih mencapai 44 persen.

Dok: PLN
Situasi over suplai listrik nasional yang sebelumnya terjadi di Indonesia mulai melandai.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Situasi over suplai listrik nasional yang sebelumnya terjadi di Indonesia mulai melandai. Namun, PT PLN (Persero) sebagai produsen listrik menyatakan masih harus terus berupaya meningkatkan konsumsi listrik domestik demi mencapai keseimbangan konsumsi secara optimal.

Mengutip data PLN dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII di Jakarta, Rabu (5/7/2023), tingkat reserve margin atau persentase kapasitas terpasang sistem kelistrikan secara nasional mulai pulih pada kisaran ideal 20 persen - 40 persen.

“Jadi yang mengalami oversuplai terutama di Jawa-Bali artinya over suplai keandalan sistem sangat tinggi tapi biayanya bisa lebih tinggi. Tentu kami akan dorong permintaan listrik dengan menjaga pertumbuhan pasca Covid-19,” kata Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo dalam paparannya.

Baca Juga


Tercatat, tingkat reserve margin wilayah Jawa Bali masih mencapai 44 persen. Menurut dia, kendati telah mendekati level normal, menurut PLN masih cukup tinggi. Sebab, hingga 2026 mendatang akan terdapat pembangkit-pembangkit baru yang siap beroperasi dan kembali menambah produksi listrik.

“Tentu, berapa banyak (pembangkit) yang masuk dibandingkan demand, kami berusaha agar demand itu ditambah tentunya akan mengimbangi pasokan,” kata dia.

Sementara menunggu jadwal operasional, Darmawan menjelaskan PLN melakukan renegeosiasi dengan pengembang untuk penundaan masuk ke ekosistem kelistrikan nasional. “Misalnya, ada dua gigawatt (GW) yang ditunda dua tahun, jadi kami ada napas,” katanya menambahkan.

Ia memaparkan, selama masa pandemi, beban puncak kelistrikan mengalami penurunan cukup signifikan dari sebelumnya 38,5 GW menjadi 37,5 GW. Namun, setelah pandemi berakhir, beban puncak mengalami kenaikan yang menandakan permintaan terhadap listrik kembali pulih.

Sepanjang 2022 lalu, PLN berhasil mencatatkan pertumbuhan penjualan listrik sebesar enam persen yakni 274 terawatt-hour (TWh), lebih tinggi 16,1 TWh atau setara Rp 22,2 triliun dari tahun 2021 sebesar 257 TWh.

“Jadi, kami terus melakukan program-program agar peningkatan permintaan listrik bisa berjalan dengan baik. Salah satunya ada SPKLU dan juga kampanye penggunaan kendaraan listrik, kami juga ada program electrifying agriculture,” ujarnya.

Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR, Lamhot Sinaga, meminta agar PLN fokus mengatasi over suplai listrik yang terjadi. Pasalnya, over suplai yang berkepanjangan secara langsung bakal menganggu kinerja keuangan PLN yang dapat memberikan dampak negatif.

"PLN kalau masih dihantui bayang-bayang oversuplai tentu ini tidak baik dan tidak sehat secara korporasi. Dari waktu ke waktu kita harus berupaya turunkan oversuolai," ujarnya.



BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler