Munculnya Kelompok Perlawanan di Jenin Pertanda Otoritas Palestina Lemah?

Israel melancarkan operasi militer selama dua hari di kamp pengungsi Jenin.

AP Photo/Majdi Mohammed
Warga Palestina membawa seorang pria terluka yang ditembak oleh tembakan Israel saat serangan militer di kamp pengungsi Jenin, kubu militan di Tepi Barat yang diduduki, Selasa, (4/7/2023).
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JENIN -- Pejuang militan Palestina berparade di Jenin pada Rabu (5/7/2023) setelah pasukan Israel mengakhiri operasi militer terbesar selama dua hari. Meningkatnya serangan Israel di Kota Jenin membuat warga menuduh bahwa pejabat senior Otoritas Palestina lemah. 

Baca Juga


Operasi militer Israel menargetkan infrastruktur dan depot senjata faksi militan di kamp pengungsi Jenin. Sedikitnya 12 warga Palestina, yang sebagian besar dikonfirmasi sebagai pejuang militan, tewas. Sementara sekitar 100 lainnya terluka.

Operasi militer Israel dimulai dengan serangan pesawat tak berawak pada Senin (3/7/2023), diikuti oleh penyisiran di darat yang melibatkan lebih dari 1.000 tentara Israel.

Tiga pemimpin senior Otoritas Palestina menghadiri prosesi pemakaman 10 orang yang tewas. Namun ribuan pelayat dan puluhan pria bersenjata mengusir ketiga pejabat Otoritas Palestina tersebut, sambil meneriakkan, "Keluar! Keluar!". Otoritas Palestina adalah badan yang menjalankan pemerintahan nominal di beberapa bagian Tepi Barat.

Skala operasi Israel di Jenin adalah salah satu yang terbesar dalam 20 tahun. Hal ini menunjukkan meningkatnya kekuatan kelompok militan di Jenin. Israel memperkirakan hampir setengah populasi Jenin berafiliasi dengan kelompok perlawanan Palestina, Jihad Islam atau Hamas.

Meningkatnya operasi militer Israel juga menggarisbawahi kelemahan Otoritas Palestina. Otoritas Palestina dibentuk sekitar 30 tahun lalu setelah Kesepakatan Oslo. Otoritas Palestina dinilai tidak mampu memaksakan diri melawan Israel atau kelompok militan di Jenin dan Nablus.

Jenin dan Nablus telah menjadi pusat tradisional perlawanan Palestina. Posisi kedua wilayah tersebut menjadi lebih jelas karena gelombang kekerasan melanda Tepi Barat selama dua tahun terakhir.

Di Jenin, video yang beredar di media sosial menunjukkan ratusan orang berkumpul pada dini hari di depan kantor gubernur Otoritas Palestina yang dijaga ketat. Mereka melemparkan batu ke tembok setinggi 5 meter.

Israel sangat kritis terhadap Otoritas Palestina dan Presiden Mahmoud Abbas yang berusia 87 tahun. Israel menuduh Otoritas Palestina gagal mengendalikan kelompok-kelompok militan. Sementara  pejabat Otoritas Palestina mengatakan, Israel dapat meningkatkan kendali dengan membujuk otoritas mereka.

Survei menunjukkan hampir 80 persen warga Palestina ingin Abbas mengundurkan diri. Tetapi tidak ada penerus yang ditunjuk dan tidak ada pemilihan umum diadakan selama hampir 20 tahun, sehingga masih belum diketahui siapa yang akan menggantikan Abbas.

Menyusul penarikan pasukan Israel pada Selasa (4/7/2023) malam, para pemimpin Jihad Islam yang didukung Iran dan faksi bersenjata lainnya mengklaim kemenangan.  Pasukan Israel menahan 150 tersangka militan, menyita senjata dan ranjau, termasuk gudang senjata di bawah masjid. Israel juga menghancurkan sebuah pusat komando.

Israel mengatakan, semua warga Palestina yang tewas adalah pejuang kelompok perlawanan. Jihad Islam mengklaim tujuh anggotanya gugur akibat serangan Israel. 

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu memperingatkan, operasi militer di Jenin tidak mungkin hanya dilakukan satu kali. Dia mengatakan, ini akan menjadi awal dari serangan reguler dan kendali berkelanjutan di wilayah tersebut. Sementara juru bicara Brigade Al-Quds, yang merupakan sayap bersenjata Jihad Islam, mengatakan, setiap gang dan jalan akan berubah menjadi medan pertempuran.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler