Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah Harus Masuk ke Ekosistem

Peningkatan literasi dan inklusi itu bisa melalui gaya hidup halal.

Republika/prayogi
Ilustrasi gaya hidup halal.
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penguatan ekosistem syariah membutuhkan dorongan dari peningkatan literasi dan inklusi keuangan, mengingat hingga kini masih menjadi tantangan bagi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.

Baca Juga


Kepala Grup Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muhammad Ismail Riyadi mengatakan, peningkatan literasi dan inklusi keuangan yang dilakukan secara kolaboratif, baik oleh pemerintah, otoritas, pelaku industri keuangan, maupun masyarakat, merupakan suatu keniscayaan dalam penguatan ekosistem ekonomi dan keuangan syariah.

Karena industri halal dan literasi dan inklusi keuangan syariah harus saling menguatkan untuk berkembang. "Pendekatan yang harus dilakukan dalam pengembangan keuangan syariah memang harus masuk ke ekosistemnya," kata Ismail, di Jakarta, Kamis (6/7/2023).

OJK mencatat tingkat literasi keuangan syariah pada 2022 masih berada di level 9,14 persen dan inklusi keuangan syariah di level 12,12 persen. Meski indeks literasi ekonomi syariah menunjukkan peningkatan hingga 23,3 persen, tapi regulator menargetkan indeks dapat meningkat hingga 50 persen pada 2024 mendatang.

Tak jauh berbeda, tingkat literasi di pasar modal syariah juga terbilang rendah. Kepala Unit Pengembangan Produk Syariah Bursa Efek Indonesia (BEI) Yunan Akbar melaporkan tingkat literasi pasar modal syariah tercatat di level 4,11 persen pada 2022, jauh di bawah tingkat literasi perbankan.

Menurut Yunan, terdapat tiga faktor yang menjadi kendala pada tingkat literasi pasar modal syariah, yakni jumlah masyarakat yang belum mengakses pasar modal syariah, varian instrumen pasar modal syariah yang masih sedikit, dan masalah infrastruktur.

Peningkatan indeks literasi dan inklusi ekonomi dan keuangan syariah juga bisa mengoptimalkan tren gaya hidup halal di kalangan generasi muda. Terutama milenial dan gen Z yang saat ini mendominasi populasi Indonesia.

Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat mengatakan, dengan prediksi dan tren sosial berkembang tersebut, maka sangat tepat jika pengembangan ekonomi syariah dan industri halal dikembangkan dengan pendekatan gaya hidup halal. "Karena gaya hidup halal mengkombinasikan antara sisi spiritual, psikologis, aktivitas sehari-hari, hobi, dan tren bisnis dalam satu tarikan napas," kata Emir.

 

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler