Risiko Ini Dihadapi Penumpang Pesawat yang Duduk di Kursi Dekat Jendela
Kursi dekat jendela termasuk favorit banyak orang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Awal tahun ini, pengguna TikTok FindingFiona mengunggah video perjalanan yang mendapat perhatian serius. Dia menekankan bahaya duduk di kursi dekat jendela saat naik pesawat. Padahal, window seat adalah favorit banyak orang.
"Meskipun Anda berada di dalam pesawat, karena ketinggian, Anda sebenarnya mengalami radiasi UV yang lebih kuat, terutama jika Anda berada di kursi dekat jendela," ujarnya dalam video yang telah diputar lebih dari dua juta kali dan mendapat 1.000 komentar itu, dikutip dari laman Huffington Post, Jumat (7/7/2023).
Ahli kulit mengomentari klaim dari TikToker tersebut. Menurut asisten profesor dermatologi di Rumah Sakit Universitas Thomas Jefferson di Philadelphia, Amerika Serikat, Elizabeth Jones, informasi dari pengguna TikTok itu sebagian benar, tetapi juga sedikit salah.
Kabar baiknya adalah satu kali penerbangan atau terbang hanya sesekali memiliki risiko terpapar radiasi UV yang cukup rendah. Jones mencatat bahwa risiko itu justru lebih tinggi pada orang yang sangat sering naik pesawat, termasuk awak kabin pesawat dan pilot.
"Orang-orang yang terbang untuk pekerjaan, mereka akan terpapar sinar ultraviolet lebih banyak. Terutama, jika mereka berada di kokpit depan, dan mengingat semua waktu yang mereka habiskan di ketinggian yang lebih tinggi," kata Jones.
Sang pakar mengutip sebuah studi terbitan 2015 yang menemukan pilot dan awak kabin memiliki risiko dua kali lebih tinggi mengidap melanoma. Jenis kanker kulit itu cenderung kurang umum tetapi lebih serius dan mematikan, jika dibandingkan dengan jenis lainnya.
Namun, apakah benar ada hubungan antara terbang dan kerusakan kulit akibat sinar matahari? Menurut Jones, risiko selalu ada. Jendela pesawat secara efektif menghalangi sebagian besar sinar UVB, tetapi tidak demikian dengan sinar UVA.
"Sinar UVA dapat menyebabkan penuaan dini, keriput, dan pada akhirnya dapat menyebabkan kanker kulit. Beberapa jendela yang lebih tua menghalangi sekitar 50 persen sinar UVA dan beberapa model jendela baru lebih efektif untuk memblokir UVA," ucap Jones.
Meskipun penumpang pesawat duduk di kursi dekat jendela, kemungkinan besar dia tidak akan mengalami sengatan matahari setelah penerbangan di siang hari. Namun, bukan berarti kerusakan lain tidak bisa terjadi, dan itu juga berlaku untuk jendela nonpesawat.
Dokter kulit dari US Dermatology Partners Tyler di Texas, AS, Jennifer Holman, menjelaskan bahwa sebagian besar jendela di rumah atau mobil akan menyaring 97 hingga 98 persen radiasi UVB. Sinar yang diblokir itu biasanya merupakan panjang gelombang yang menurut orang menyebabkan kulit terbakar.
Secara umum, kebanyakan kaca bahkan sama sekali tidak menyaring UVA. Itu sebabnya Holman mengingatkan pentingnya memakai tabir surya untuk melindungi dari sinar berbahaya.
Penumpang pesawat pun tidak luput dari anjuran. Sebab, UVA bisa menembus lebih dalam ke kulit.
Tabir surya penting untuk dipakai setiap hari, baik sedang bepergian dengan pesawat atau tidak. Sebagai dokter kulit, Holman mendorong semua pasiennya untuk memakai tabir surya sebagai kebiasaan sehari-hari.
Pilih tabir surya dengan label "spektrum luas", yang berarti melindungi dari sinar UVA dan UVB. Di samping itu, ada orang-orang tertentu yang harus lebih berhati-hati dengan paparan sinar matahari.
Orang-orang dengan kulit cerah, orang dengan kondisi medis yang kulitnya rentan terpengaruh akibat sinar matahari, dan orang yang sedang menjalani pengobatan, sehingga lebih peka, dan orang dengan riwayat kanker kulit dalam keluarga. Di luar tabir surya, Holman menekankan bahwa perlindungan lain juga bermanfaat.
"Memakai topi, pakaian pelindung matahari, kacamata hitam, semua hal itu penting untuk melindungi diri dari paparan sinar ultraviolet," tutur Holman.