Soal Ribut-Ribut 'Karma' Marc Marquez, Dulu Rossi yang Tengil ke Biaggi dan Gibernau

Kisah pernah hampir matinya Rossi akibat ulah Biaggi akan terus diingat.

EPA PHOTO ANP/ROBERT VOS/fob
Valentino Rossi (kiri) sedang mengejar rivalnya, Max Biaggi dalam balapan MotoGP di Belanda, pada 2001 silam.
Rep: Anggoro Pramudya Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jauh sebelum insiden 'Sepang Clash', MotoGP pernah memiliki rivalitas tersengit di kelas utama melibatkan Valentino Rossi dan Max Biaggi. Ketegangan dua rider asal Italia ini bahkan menguap hingga luar lintasan.

Baca Juga


Kala itu kelas utama MotoGP masih berstatus GP500 (dua tak). Rivalitas rekan senegara kerap jadi tontonan menarik pada awal era-Milenium. Ada banyak pertarungan di lintasan antara pemilik nomor 46, Rossi, dan 3, Biaggi, di kelas utama.

Lintasan Sirkuit Suzuka, Jepang pada April 2001 jadi titik terendah hubungan kedua pembalap asal Negeri Pasta itu. Ketegangan bermula saat Biaggi menyikut Rossi yang berupaya melakukan overtaking dari sisi luar. Aksi liar Biaggi itu membahayakan Rossi yang sedang menggeber motornya. Beruntung Rossi selamat dari tindakan sang senior yang saat itu berusia delapan tahun lebih tua. 

Namun, pada lap selanjutnya the Doctor sukses menikung Biaggi. Sang junior langsung bereaksi mengacungkan jari tengah ke arah rider kelahiran Roma itu. Selepas balapan, Rossi yang saat itu masih berusia 22 tahun melayangkan protes atas tindakan tak sportif Biaggi yang mengancam nyawanya. Namun, The Roman Emperor, julukan Biaggi menanggapi hal itu dengan santai, yang berujung pada saling sindir dan hina. 

Perselisihan keduanya bahkan diawasi oleh FIM (otoritas MotoGP). Namun, peringatan FIM terhadap dua rider tidak meredakan persoalan, parahnya, Rossi dan Biaggi diklaim terlibat adu jotos menjelang MotoGP Katalunya, Spanyol pada Juni 2001. Biaggi, terlihat memar di wajahnya meski menepis bahwa ia berkelahi dengan juniornya. Biaggi sendiri mengakui, rivalitas panas dengan Rossi semakin nyata lantaran mereka berasal dari negara yang sama.

"Kami menjalani banyak kejuaraan bersama dan kami adalah rival. Itulah yang membuat kami saling bersaing," kata Biaggi beberapa waktu lalu.

Pria yang saat ini berusia 52 tahun itu tidak menilai the Doctor sebagai pembalap yang paling bersih lantaran gaya berkendaranya. "Dia bukan pembalap yang paling bersih karena gayanya bukan yang terbersih. Dia tidak memiliki banyak kelemahan tapi selalu menyenangkan untuk balapan melawan orang-orang seperti dia," sambung sosok yang mengidolakan klub AS Roma ini. 

Setelah mengasapi Biaggi dan membuat sang rival gagal menjadi juara dunia di kelas utama GP500, Rossi kembali dihadapkan dengan seteru lain yakni rider asal Spanyol, Sete Gibernau.

Saat itu Sete Gibernau dan Valentino Rossi sama-sama di naungan Honda, namun berbeda tim. Gibernau bergabung dengan tim Gresini Racing sebagai tim satelit Honda. Adapun, Rossi bernaung di tim pabrikan yaitu Repsol Honda.

Persaingan panas kedua rider berebut juara dunia pada musim 2003/2004 sampai membuat hubungan Rossi dan Gibernau yang awalnya sangat dekat menjadi sebuah permusuhan.

Tetapi puncak kemarahan Gibernau terhadap rider yang menggemari klub Inter Milan itu terjadi pada musim 2005 ketika berada di Sirkuit Jerez.

Tensi tinggi perseteruan kedua rider sudah terlihat sejak sesi latihan bebas dan mencapai puncaknya saat balapan. Insiden kontroversial kemudian terjadi di lap ke-27 alias lap pamungkas.

Saat itu, the Doctor masuk tikungan bersama Gibernau. Rossi menggunakan teknik menurunkan satu kaki mengayun andalannya, Leg Wave, dari jarak yang dianggap terlalu jauh dari garis lintasan dan semakin mendekati titik dalam tikungan.

Gibernau menggunakan teknik keluar dahulu dari garis putih, kemudian memiringkan motornya. Rossi masuk tikungan terlebih dahulu sebelum Gibernau, hingga akhirnya terjadi senggolan.

Rider kelahiran Barcelona pun terpaksa terempas ke gravel. Rossi dengan mulus memacu motornya ke garis finish yang sudah di depan mata sekaligus menjadi juara yang mendapat kecaman pendukung tuan rumah.

Valentino Rossi (kiri) dalam kejaran rivalnya, Sete Gibernau pada sebuah balapan MotoGP di 2004 silam. - (EPA/NIKOS MITSOURAS)

Saat Rossi naik podium, terdengar teriakan dan cemoohan pendukung Gibernau asal Spanyol. Hasilnya, the Doctor jadi pihak yang tersenyum lebar.

"Ia adalah orang yang perlu menciptakan kebencian besar terhadap pembalap yang akan dihadapinya. Tapi, insiden tikungan di Jerez membuka pintu untuk manuver serupa terulang kembali," kata Gibernau.

Rossi telah menghadapi banyak rival selama berkarier di balap motor Grand Prix. The Doctor melegenda bukan hanya karena gelontoran tujuh gelar juara melainkan berbarengan dengan insiden pun perkara di luar arena yang mengiringi kesuksesannya.

Detik berganti menit, menit berpindah jam, jam beralih hari, hari menjadi pekan, pekan bersalin bulan dan bulan beranjak tahun. Rossi mungkin saja mengutuk... 

Rossi mungkin saja mengutuk ketidakmampuan kembali ke masa lalu, dirinya yang masih muda.

Dirinya sekadar memiliki spirit dan kebanggan dari masa lalu agar masih ada di era keemasan memacu pedal gas kuda besi roda dua. Akan tetapi, ia tidak bisa mengasapi realitas bahwasanya dunia sudah berubah, lintasan dan regenerasi para pembalap terus berlanjut. Fragmen yang ia buat dalam perjalanannya selama di MotoGP dibayar oleh perilaku yang sama ketika the Doctor mendapati rival muda pada diri Marc Marquez.

Valentino Rossi (kanan) terjatuh setelah bertabrakan dengan Marc Marquez pada MotoGP Argentina di Sirkuit Termas de Rio Hondo, Argentina, beberapa waktu lalu- (Nicolas Aguilera/EPA-EFE)

Marquez mungkin manifestasi dari Rossi ketika ia tertawa tengil di depan Max Biaggi serta Sete Gibernau, dua rider yang dipaksa menelan pil pahit atas segala rivalitas di atas lintasan.

Rider muda yang tampil berani dengan gaya ugal-ugalan ketika memperebutkan podium pertama di setiap sirkuit MotoGP. Sampai akhirnya, kini giliran Marquez yang nelangsa. 

Marquez kini harus menerima kepungan anak-anak didik Rossi jebolan VR46 Academy. Sayangnya, Marquez justru lebih banyak kalah oleh cedera akibat dari gaya balapan liarnya. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler