Curah Hujan Tinggi Saat Musim Kemarau, Ini Penjelasan BMKG Semarang
Anomali kondisi cuaca tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.
REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Masyarakat di wilayah Provinsi Jawa Tengah diimbau tetap mewaspadai potensi terjadinya bencana hidrometeorologi, kendati saat ini sudah memasuki periode musim kemarau 2023.
Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang telah merilis potensi cuaca ekstrim yang berpeluang terjadi di sebagian wilayah Jateng untuk tiga hari ke depan.
Potensi bencana hidrometeorologi dan berpeluang terjadi yang dimaksud berupa banjir, tanah longsor, dan angin kencang.
Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Sutikno mengatakan, hujan yang terjadi cukup intensif di beberapa wilayah Jateng beberapa hari terakhir selama musim kemarau tentu menimbulkan pertanyaan bagi sebagian besar masyarakat.
Berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer, anomali kondisi cuaca tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Yakni menghangatnya suhu muka laut di wilayah perairan Jateng (Laut Jawa), kelembapan udara yang cukup tinggi dari lapisan permukaan hingga lapisan 500mb.
Serta adanya gelombang Kelvin dan Madden Julian Oscillation (MJO) di fase 2 yang menyebabkan munculnya pusat tekanan rendah di barat Sumatra. “Kondisi ini menyebabkan munculnya belokan angin di wilayah Jateng sebagai dampak tidak langsung dari gangguan atmosfer tersebut,” jelasnya.
Kondisi ini, kata Sutikno, menyebabkan peningkatan potensi cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir/kilat dan angin kencang, di beberapa wilayah Jateng selama periode 7 - 9 Juli 2023 (tiga hari ke depan).
Berdasarkan analisis BMKG, pada Ahad (9/7/2023) potensi cuaca ekstrim berpeluang terjadi di wilayah Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Tegal, Brebes, Surakarta, Sragen, Salatiga, Kabupaten Semarang, dan sekitarnya.
Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem pada periode tiga hari ke depan yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi.