Satu Sapi Ditemukan Mati di Gunung Kidul, Dinas Peternakan: Tidak Mengarah Antraks
Sapi yang dilaporkan mati tersebut lokasinya berada di zona kuning antraks.
REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Satu sapi kembali ditemukan mati di Kabupaten Gunung Kidul, tepatnya di Padukuhan Pucangsari, Kelurahan Candirejo, Kecamatan Semanu. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Gunung Kidul menyebut sapi tersebut tidak mengarah ke antraks.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan DPKH Gunung Kidul, Retno Widyastuti mengatakan, sapi tersebut sudah mengalami sakit sejak beberapa hari sebelum dilaporkan mati. Bahkan, petugas setempat juga sudah melakukan penanganan terhadap sapi tersebut.
"Kalau antraks itu kan mati mendadak, seperti kejang-kejang. Jadi tiba-tiba saja kejang, kemudian mati. Kalau dilihat dari jaraknya (hingga dilaporkan mati), ada sakit selama sekian hari, berarti sampai mati kan ada tiga hari," kata Retno saat dikonfirmasi Republika.co.id, Senin (10/7/2023).
Meski begitu, untuk memastikan terpapar antrak atau tidaknya harus melalui uji laboratorium. Pihaknya juga sudah mengirimkan sampel sapi tersebut untuk diuji di laboratorium.
"Mudah-mudahan (bukan antraks). Karena kita memastikannya dari uji laboratorium, tetapi dari kronologi yang sudah kita catat bahwa indikasinya tidak mengarah ke antraks," ucap Retno.
Dijelaskan, sapi tersebut dilaporkan mati pada Jumat (7/7/2023). Meski belum dipastikan terpapar antraks atau tidak, namun proses penguburannya dilakukan sesuai prosedur tetap (protap).
"Ketika ternak mati, masyarakat sudah melaporkan, kemudian petugas itu langsung terjun ke lapangan untuk mendata dan mencatat kronologi kematiannya. Jadi sapi itu sudah sakit sejak tanggal 4 (Juli), dan sejak sakit itu sudah diterapi oleh dua orang petugas. Belum sembuh, kemudian dipanggilkan dokter (hewan), diobati," ujarnya.
Retno juga menegaskan sapi yang dilaporkan mati tersebut lokasinya berada di zona kuning antraks. Bahkan, jaraknya dengan zona merah di Padukuhan Jati cukup jauh yakni sekitar 10 kilometer.
"Walaupun jaraknya 10 kilometer yang masih di satu desa, tapi jaraknya jauh. Satu desa berbeda padukuhan, jadi tidak berdekatan, tidak berdekatan dengan lokasi Jati kemarin," tegas Retno.