Ekonom UI: Produk Halal Indonesia Harus Mulai Sentuh Non-Conventional Market

Contoh non-conventional market seperti Pakistan, India, Timur Tengah, hingga Afrika.

Republika/Thoudy Badai
Duta Besar Kesultanan Oman untuk Indonesia Issa Ibrahim Al Farasi memberikan sambutan saat kegiatan Pelepasan Ekspor Perdana Produk Halal Kopi Robusta ke Oman di Kopi Merah Putih, Jakarta, Jumat (21/1/2022). Komite Ekspor Halal Pengrus Pusat MES bekerja sama dengan PT. Geber Ekspor Indonesia dan didukung Bank Indonesia meluncurkan Ekspor Perdana Produk Halal Kopi dengan tujuan negara Oman sebanyak 36 ton kopi robusta senilai 1,6 miliar yang akan berjalan selama satu tahun dengan nilai kontrak sebesar 1,7 juta USD. Republika/Thoudy Badai
Rep: Dian Fath Risalah Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Teguh Dartanto mengatakan, Indonesia harus menjadi yang terdepan dalam industri halal baik di dalam negeri maupun kancah internasional. Menurut Teguh, selama ini Indonesia masih, dan sangat tergantung dengan pasar utama global.

Baca Juga


"Indonesia masih sangat tergantung dengan conventional market dan negara-negaranya itu saja. Artinya kita memang harus mencari dan mengembangkan non-conventional market ke emerging muslim countries," ujarnya dalam keterangan, Senin (10/7/2023).

Pada 2022, Global Islamic Economy Indicator menyebut Indonesia berada pada posisi keempat sebagai negara dengan ekonomi syariah terbesar di dunia. Sehingga, Indonesia harus mengembangkan produk dan pasar ekspor halal hingga menyentuh non-conventional market.

Ia pun mencontohkan, Pakistan, atau bahkan India dengan populasi muslim yang cukup besar. Selain itu, banyak pula negara di kawasan Timur Tengah bagian utara yang belum tersentuh, termasuk negara-negara di Afrika Utara. Menurutnya, fakta tersebut menunjukan masih banyaknya pasar yang potensial untuk produk halal dari Indonesia.

"Saya rasa kita bisa mendorong itu. Dan kita berharap kalau halal pun juga, jangan hanya industri besar, tetapi bagaimana UMKM-UMKM kita juga didorong naik kelas untuk bisa mengekspor produk-produk UMKM kita yang halal ke negara-negara non-conventional tadi," katanya.

Hal itu pun dapat mengurangi potensi atau dampak krisis. Seperti saat ini, banyak negara tujuan ekspor terancam resesi global sehingga secara langsung atau tidak, dapat berpengaruh terhadap neraca perdagangan Indonesia.

"Di sisi lain, negara non-conventional tadi banyak yang lebih tangguh dalam menghadapi potensi resesi global," ungkapnya.

Dalam mengoptimalkan potensi tersebut, FEB UI memperkuat perannya dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang lebih berkualitas. Saat ini, FEB memiliki program studi Ilmu Ekonomi Islam dan Bisnis Islam dan lembaga riset yaitu Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah.

"Artinya kami FEB UI juga menyediakan talenta-talenta, itu yang pertama. Yang kedua, dengan adanya akreditasi internasional pendidikan bisnis Islam dan ekonomi Islam. Kami hanya satu-satunya di Indonesia yang program studi-nya terakreditasi internasional," ujarnya.

Tak hanya itu, FEB UI juga sedang mengembangkan program kelas khusus internasional untuk bisnis Islam dan ekonomi Islam. Diharapkan, FEB UI ke depan semakin mampu mencetak talenta-talenta di bidang ekonomi dan bisnis syariah berkelas internasional.

"Sehingga perspektifnya akan semakin luas, tidak hanya perspektif domestik, tapi juga ada perspektif internasional. Itu yang kami lakukan di FEB UI untuk support terkait dengan pengembangan penyedia talenta-talenta di bidang industri halal dan keuangan syariah, ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler