Ramai LGBT se-ASEAN akan Serbu Indonesia, Ini Pandangan Andrew Tate tentang Mereka
Andrew Tate heran, mengapa kaum penyuka sesama jenis memaksakan kehendak.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gelombang tentang pergerakan legalisasi dan pembelaan hak-hak kelompok LGBT amat gencar di seluruh belahan dunia. Bahkan, organisasi SSA alias 'Same Sex Attraction' seperti yang dilakukan kaum penyuka sesama jenis terus mendesak agar masyarakat, termasuk anak-anak, secara luas dapat menerima mereka dengan tangan terbuka.
Terbaru, komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) se-ASEAN akan menggelar kumpul bareng di Jakarta pada 17-21 Juli 2023 di Jakarta. Acara tersebut diorganisasi oleh ASEAN SOGIE Caucus, organisasi di bawah Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak 2021, bersama Arus Pelangi dan Forum Asia.
Mantan pemegang empat sabuk juara dunia kickboxing Andrew Tate pun angkat bicara soal kampanye masif produk budaya barat. Ia mengeklaim, sejatinya suara tersebut tidak boleh bertabrakan dengan ideologi dari suatu negara.
"Mengapa harus memaksakan suatu budaya (LGBT) lain ke dalam negara lain? Bukankah itu sebuah paksaan," kata Andrew Tate dalam sebuah wawancara di channel youtube Valuetainment beberapa waktu lalu.
Andrew Tate mengambil salah satu contoh kampanye LGBT yang terlihat begitu gencar ketika kejuaraan Piala Dunia di Qatar akhir tahun 2022.
Bagi pria berusia 36 tahun itu, Piala Dunia Qatar tampaknya bukan sekadar pertandingan sepak bola. Ajang seni olah kulit bundar diklaim jadi kesempatan memaksakan nilai-nilai Barat, dibungkus sangat manis di bawah perlindungan terhadap kebebasan demokrasi, HAM, keragaman serta toleransi.
"Saya tidak habis pikir tentang upaya memaksakan agenda di negara-negara muslim. Saya tidak peduli dengan LGBT, tapi kenapa Anda memasukan itu ke dalam agenda untuk menekan negara lain agar mereka paham betapa pentingnya hal itu," sambung Tate.
Lebih lanjut, Tate membandingkan tentang kampanye negara-negara Islam di belahan dunia barat dan menilai Qatar mempunyai tingkat keharmonisan pun toleransi yang tinggi tanpa campur tangan barat.
"Qatar lebih aman, tingkat perceraian rendah, mereka melakukan hal yang benar. Lalu mengapa kita perlu memasukan agenda (LGBT)? untuk apa? Kini, apakah para masyarakat Qatar yang datang ke negara barat diperbolehkan mengampanyekan syariat Islam? Seperti bolehnya berpoligami," kata sosok mualaf ini.
Kebebasan dalam bersikap dan berideologi pada sosial pun budaya ala barat seharusnya hanya dilakukan di negara barat saja. Tanpa harus memaksakan dan mengampanyekan secara masif ke belahan dunia lain, khususnya bagi mereka yang memiliki nilai sertan orma tersendiri.