Menlu AS Singgung Konflik LCS Hingga Perang Rusia-Ukraina di Pertemuan ASEAN

Isu Laut Cina Selatan hingga konflik Rusia-Ukraina disinggung Blinken

AP Photo/Dita Alangkara
Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menyinggung berbagai isu saat menghadiri ASEAN Post Ministerial Conference
Rep: Kamran Dikarma Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menyinggung berbagai isu saat menghadiri ASEAN Post Ministerial Conference yang digelar di Hotel Shangri-la, Jakarta, Jumat (14/7/2023). Isu Laut Cina Selatan hingga konflik Rusia-Ukraina disinggung Blinken dalam pidato pembukaannya.

Isu kawasan yang pertama disorot Blinken adalah tentang Korea Utara (Korut). “Kita perlu bekerja pada program senjata pemusnah massal dan peluncuran rudal balistik Korut yang melanggar hukum satu lagi minggu ini mengancam kawasan dan rezim non-proliferasi global. Satu peluncuran rudal lainnya pekan ini mengancam kawasan dan rezim non-proliferasi global,” kata Blinken.

Dia kemudian menyinggung tentang isu Laut Cina Timur dan Selatan. “Kita harus menjunjung tinggi kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan dan Timur serta menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan,” ujarnya.

Selanjutnya, Blinken membahas perihal konflik Rusia-Ukraina. Diplomat berusia 61 tahun itu mengatakan, konflik Rusia-Ukraina telah melanggar prinsip inti Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC) dan Piagam PBB.

“Perang ini tidak hanya merugikan orang Ukraina, tetapi juga orang-orang di seluruh wilayah ini dan di seluruh dunia dengan memperburuk krisis pangan dan energi,” kata Blinken.

Dia juga sempat mengomentari tentang krisis Myanmar. “Untuk (isu) Myanmar, kita harus menekan rezim militer untuk menghentikan kekerasan, untuk menerapkan ASEAN Five Points of Consensus, untuk mendukung kembalinya pemerintahan yang demokratis,” ujar Blinken.

Dia menambahkan, AS baru saja mengumumkan pemberian bantuan kemanusiaan tambahan sebesar 74 juta dolar untuk kawasan. “Termasuk hampir 61 juta dolar AS untuk mendukung Rohingya yang terusir akibat kekerasan yang sedang berlangsung di Myanmar,” katanya.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler