BBM dari Tetes Tebu Segera Meluncur, Bisa Kurangi Impor Minyak Mentah?
Pertamina berencana meluncurkan produk BBM Bioetanol, Pertamax Green.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) dikabarkan segera meluncurkan produk terbarunya yakni Pertamax Green atau BBM Bioetanol yang harganya bakal dibanderol sekitar Rp 13.200 per liter. Bahan bakar campuran tetes tebu ini diyakini pemerintah bakal mengurangi ketergantungan impor minyak mentah sekaligus menjadi bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, bahan bakar bioetanol dipastikan akan menggerakan perekonomian rakyat kecil. Terutama mereka yang berprofesi sebagai petani tebu di kebun-kebun berbagai daerah.
Peluncuran bahan bakar setara nilai oktan (RON) 95 itu masih dalam tahapan pilot project. Pemerintah bersama Pertamina masih akan melihat perkembangan keekonomian dari Bioetanol setelah meluncur di pasar.
“Uji coba dulu, respons masyarakat oke tidak, tinggal dilihat saja keekonomiannya. Tapi yang penting adanya itu bisa substitusi kebutuhan minyak mentah yang bisa kita turunkan,” kata Arifin di Jakarta, Jumat (15/7/2023).
Pihaknya berharap bila sambutan masyarakat positif, pengembangan bioetanol bisa diteruskan dan akan dibangun industri pendukungnya dalam skala besar. Hal itu bukan tidak mungkin, sebab kata Arifin, Indonesia memiliki lahan yang luas yang bisa dijadikan sebagai perkebunan tebu untuk memproduksi etanol.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor minyak dan gas (migas) sepanjang 2022 mencapai 40,42 miliar dolar AS atau naik 58,3 persen dari tahun 2021 sebesar 25,53 miliar dolar AS. Adapun nilai neraca perdagangan migas sepanjang tahun 2022 mengalami defisit 24,39 miliar dolar AS karena besarnya nilai impor dibandingkan ekspor.
PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III menyatakan bakal menambah duapabrik bioetanol untuk mendukung penyediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) Bioetanol lima persen oleh PT Pertamina (Persero). Namun, penambahan pabrik dapat direalisasikan bila rencana perluasan lahan tebu juga bisa terlaksana.
CEO SugarCo, Subholding Gula PTPN III, Aris Toharisman menjelaskan, pembangunan dua pabrik baru tersebut akan dieksekusi bila rencana pengembangan lahan tebu berjalan sesuai rencana. "Bila asumsi proyek perluasan lahan berjalan sesuai rencana, maka mulai tahun ini PTPN akan menambah dua pabrik bioetanol dengan kapasitas masing-masing 150 kiloliter (KL) per hari di Banyuwangi dan wilayah Sumatera Selaran,” kata Aris.
Sejauh ini, PTPN baru memiliki satu pabrik bioetanol berkapasitas 100 KL per hari. Bila nantinya dua pabrik itu beroperasi, maka total kapasitas produksi bioetanol PTPN akan naik menjadi 400 KL per hari atau 132 ribu KL per tahun.