Kisah Valentino Rossi Muda yang Melegenda, Pindah ke Yamaha Demi Kembalikan Honda ke Bumi

Sampai saat ini, hubungan Rossi dan Honda masih dingin.

EPA PHOTO EFE/EMILIO MORENATTI
Valentino Rossi saat masih memperkuat Honda di MotoGP dalam sebuah balapan di Spanyol pada Juli 2003 silam.
Rep: Reja Irfa Widodo Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Valentino Rossi akan selamanya dikenang sebagai salah satu pembalap terbaik yang pernah mengaspal di ajang MotoGP. Catatan sejarah demi sejarah ditorehkan pengoleksi tujuh gelar juara dunia di kelas utama tersebut selama 21 tahun berkiprah di gelaran MotoGP.

Baca Juga


Selama rentang waktu tersebut, Rossi tercatat pernah bekerjasama dengan tiga tim berbeda, termasuk dua kali memperkuat tim pabrikan asal Jepang, Yamaha. Selain Yamaha, Rossi juga pernah bekerjasama dengan Ducati dan Honda. 

Tanpa mengecilkan kesuksesan Rossi saat memperkuat Yamaha, mantan pembalap asal Italia itu pernah menorehkan prestasi gemilang bersama Honda. Bahkan, bersama salah satu pabrikan langganan di gelaran MotoGP itu, mantan pembalap yang kini menginjak usia 44 tahun itu menapaki awal kesuksesan di kelas utama dalam ajang balap motor paling bergengsi sejagat tersebut.

Selama empat musim, Rossi membela Honda, tepatnya pada 2000 hingga 2003. Memperkuat tim Nastro Azzurro Honda pada musim 2000, Rossi langsung menyabet gelar juara kelas utama, yang saat itu masih menggunakan format 500 cc. Dengan menggunakan motor NSR500, Rossi kembali tampil dominan pada musim berikutnya.

Begitu pula saat Dorna mengubah format kelas utama menjadi MotoGP. Bersama tim Repsol Honda, Rossi menyabet gelar juara dunia di dua musim awal MotoGP. Namun, hubungan yang terjalin dengan baik antara Honda dan Rossi berakhir pada ujung musim 2003. 

Di seri terakhir musim 2003, tepatnya di GP Valencia, Rossi mengumumkan akan berpisah dengan Honda pada musim depan. Kerjasama indah, yang menghasilkan empat gelar juara dunia kelas utama dan 33 kemenangan di sesi balapan, akhirnya harus berakhir. 

Keputusan itu terasa mengejutkan. Pasalnya, dengan menunggangi motor RC211V, Rossi diprediksi bisa terus mendominasi perebutan gelar juara MotoGP pada musim berikutnya. Bisa dibilang, Honda mampu memaksimalkan bakat dan kemampuan Rossi, yang saat itu tengah berada dalam performa terbaik.

''Honda terlalu arogan. Mereka terlalu percaya dengan kemampuan motor mereka. Mereka tidak menghormati apa yang telah dilakukan oleh Rossi,'' kata mantan pembalap asal Australia, Mick Doohan, dalam sebuah cuplikan series dokumenter berjudul ''Tales of Valentino''.

Dokumenter besutan DAZN itu bercerita soal perjalanan karier Rossi, termasuk saat berpisah dengan Honda. Pendapat Doohan soal penyebab perpisahan Rossi dengan Honda itu rasanya tidak meleset. Dalih utama yang dimunculkan saat itu adalah adanya ketidaksepakatan soal kontrak antara Rossi dengan Honda.

Namun, dalam sejumlah ulasan di berbagai media otomotif, ketidaksepakatan itu bukan terletak pada nilai kontrak, melainkan keterlibatan Rossi dalam ikut membangun motor. Honda tidak mau lagi memberikan Rossi kebebasan untuk ikut mengembangkan motor. Di sisi lain, Rossi adalah tipe pembalap yang menginginkan kendali penuh terhadap motornya agar bisa tampil kompetitif.

Honda dinilai lebih mengedepankan kemampuan insinyur ataupun mekanik dalam mengembangkan motor demi bisa tampil kompetitif, ketimbang mengandalkan kemampuan pembalap. Padahal, di empat musim sebelumnya, Rossi selalu berperan aktif dalam pengembangan motor. Anggapan ini rasanya sejalan dengan pendapat Doohan.

Pengakuan Rossi ...

 

Rossi dalam sebuah wawancara dengan DAZN sempat mengakui, keputusan untuk mengakhiri kerja sama dengan Honda adalah langkah yang gila. ''Itu adalah kombinasi antara kegilaan dan kepercayaan diri. Pada saat itu, meninggalkan Honda adalah keputusan yang gila. Namun, di sisi lain, saya juga cukup percaya diri (untuk pindah ke tim lain),'' kata Rossi seperti dikutip Motorcyle Sports.

Sejarah akhirnya mencatat. Rossi benar-benar mampu menunjukkan keputusan itu sebagai keputusan yang tepat. Meninggalkan Honda, Rossi memilih bergabung bersama Yamaha, yang saat itu kesulitan untuk bisa bersaing. Sejak bersama Wayne Rainey menyabet gelar juara 500 cc pada 1992, Yamaha tidak bisa mengulangi torehan tersebut dan selalu berada di bawah bayang-bayang Honda.

Kondisi ini berubah 180 derajat sejak kehadiran Rossi. Menawarkan kebebasan kepada Rossi dalam hal pengembangan motor, Yamaha dengan bendera tim Gauloises Fortuna Yamaha bisa meraih gelar juara MotoGP pada 2004. Itu adalah musim debut mantan pembalap berjuluk The Doctor itu memperkuat Yamaha dengan menunggangi motor pengembangan teranyar untuk kelas MotoGP, YZR M1.

Valentino Rossi (tengah) dipeluk oleh kru di tim barunya saat itu, Yamaha, setelah memenangi balapan di Afrika Selatan pada MotoGP 2004. - (EPA/KIM LUDBROOK)

Di empat musim berikutnya, Rossi dan Yamaha selalu bisa bersaing dalam perebutan gelar juara dunia MotoGP, termasuk saat merengkuh titel juara dunia pada musim 2008 dan 2009. Pada musim terakhirnya membela Yamaha pada musim 2010, Rossi masih mampu finish di peringkat ketiga klasemen akhir pembalap.

 

Terlepas dari kesuksesan bersama Yamaha tersebut, Rossi ternyata masih memiliki harapan untuk bisa menyimpan motor Honda NSR500. Motor itu memiliki nilai sentimentil tersendiri buat Rossi.

Maklum, dengan motor tersebut, Rossi meraih gelar juara dunia kelas utama MotoGP pertamanya. ''Saya memiliki semua motor yang pernah saya kendarai saat menjadi juara, semua motor Aprilia (saat menjadi juara di kelas 250 cc dan 125 cc) dan semua motor Yamaha, kecuali Honda,'' kata Rossi seperti dikutip Crash pada 2010 silam.

''Semua motor itu memberikan kenangan tersendiri. Saya berbicara pada Alberto dan setidaknya mau memberikan motor NSR500 milik saya,'' katanya. ''Saya sudah menyiapkan tempatnya di rumah. Saya akan sangat senang jika Honda berubah pikiran dan mengirimkan motor itu.''

Rossi merujuk ke pembicaraan dan permintaan kepada Manajer Tim Repsol Honda, Alberto Puig. Namun, Honda menolak permintaan Rossi tersebut.

Puig beralasan, motor NSR500, yang kini berada di museum Honda, menjadi pengingat dari keberhasilan Honda meraih gelar juara. Penolakan ini agaknya masih menjadi penanda belum pulihnya hubungan antara Rossi dan Honda. 

''Motor itu juga memiliki makna penting dan simbol kebanggaan buat kami. Tentu, kami menginginkan hal itu sebagai trofi dari kesuksesan kami dan bisa menunjukkan kepada fans, kami bisa menang dengan motor ini,'' kata Puig seperti dilansir Webbikeworld.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler