Ibu, Jangan Lupa Lakukan Pemeriksaan Ini pada Bayi Anda
Pemeriksaan pertama yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Pemeriksaan di masa awal kehidupan sangat penting untuk menunjang perkembangan pada fase berikutnya. Pada masa awal kehidupan, penting sekali untuk memastikan kondisi buah hati. Tidak ada yang berharap hal buruk, tentu saja.
"Untuk itu, pemeriksaan pada bayi baru lahir penting dilakukan agar apabila diketahui adanya gangguan sedari dini. Penanganan yang tepat dapat dilakukan sebelum masalah tersebut menimbulkan efek negatif," ujar Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Subspesialis Kesehatan Anak Neonatologi RS Pondok Indah – Puri Indah, dr Setya Dewi Lusyati, SpA, Subsp. Neo, PhD dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (19/7/2023).
Pemeriksaan pertama yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik. Pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan jenis kelamin, pengukuran berat dan panjang badan, serta ada-tidaknya kelainan bawaan yang terlihat secara kasat mata ini idealnya dilakukan di hadapan orang tua.
Memasuki usia 48 jam, beberapa pemeriksaan lain pun perlu dilakukan, antara lain pemeriksaan fungsi tiroid (Thyroid Stimulating Hormone/TSH) dilakukan dengan pengambilan darah, kekurangan tiroid dapat mengganggu pertumbuhan fisik dan kemampuan mental secara perlahan. "Jika diketahui ada gangguan dari pemeriksaan ini, pengobatan dapat dilakukan sebelum bayi berusia satu bulan," ujarnya.
Pemeriksaan lainnya adalah pemeriksaan fungsi enzim. Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase (G6PD). Pada masyarakat Asia, khususnya Asia Timur, risiko kekurangan enzim ini lebih tinggi, yang menyebabkan sel darah merah lebih cepat pecah dibanding pembentukannya sehingga menyebabkan anemia dan mudah kuning.
Bayi Anda juga perlu melakukan pemeriksaan kelainan jantung bawaan biru. Dilakukan dengan pemeriksaan saturasi oksigen pada jari atau tangan kanan. Jika saturasi di bawah 90 persen, diperlukan pemeriksaan lanjutan berupa echocardiography (USG jantung) untuk memastikan ada-tidaknya kelainan pada jantung. "Pemeriksaan tambahan diperlukan bagi bayi dari orang tua dengan riwayat kelainan bawaan," sarannya.
Pada bayi seperti ini, jika ada kelainan biasanya terlihat saat pemeriksaan USG, meski ada pula potensi tidak terlihat. Jika kelainan bawaan memerlukan pemeriksaan genetik atau kromosom, orang tua akan dimintai persetujuan untuk dilakukannya pemeriksaan tersebut.
Sementara, untuk bayi prematur, diperlukan pemeriksaan tambahan yang akan diulang secara berkala, seperti rontgen untuk melihat kemampuan paru dan USG kepala untuk melihat ada-tidaknya perdarahan otak.
Perlu juga dilakukan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dilakukan jika ditemukan kelainan pada otak hasil dari USG kepala, USG jantung serta pengecekan fungsi mata untuk melihat vaskularisasi (suplai oksigen dan nutrisi) terlebih pada bayi dengan riwayat pernah mendapat bantuan oksigen.
Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan pendengaran yang dilakukan sebelum bayi keluar dari rumah sakitm Evaluasi tumbuh kembang hingga usia dua tahun serta pemeriksaan lain sesuai dengan kondisi klinis bayi. "Pada bayi baru lahir, tidak semua gangguan perlu langsung mendapat tindakan atau bahkan tidak memerlukan tindakan," ujarnya.
Kelainan jantung, misalnya, ada yang membaik dengan sendirinya pada usia satu tahun. Kalau pun perkembangan ke arah memburuk, tindakan dilakukan saat berat bayi mencapai tiga kilogram. Begitu pula dengan kelainan testis (pemantauan hingga usia 2 sampai 4 bulan) dan hernia (lebih dari usia 4 bulan).