Penjelasan dari Nabi Muhammad dan Ulama tentang Puasa Asyura
Apa Makna Puasa Asyura Bagi Umat Islam?
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Muharram merupakan bulan awal kalender Islam atau Hijriah. Momen ini memiliki arti penting bagi umat Islam, sebagai periode untuk melakukan introspeksi dan memperbanyak zikir.
Di bulan ini, ada satu hari yang dianggap penting, yakni pada hari ke 10 Muharram. Hari yang dikenal sebagai Asyura ini merupakan waktu bagi umat Islam secara global, memperingati kesyahidan Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad.
Kisah di balik Hari Asyura telah diturunkan dari generasi ke generasi. Kisah tersebut berputar di sekitar Pertempuran Karbala, di mana Imam Husain dan keluarganya dibunuh secara tragis, saat berjuang untuk merebut kembali kekhalifahan dari kekuasaan Yazid.
Kesyahidan Husain selama pertempuran ini menandai akhir periode penderitaan besar bagi umat Islam awal. Sejak saat itu, Asyura diperingati oleh umat Islam di seluruh dunia sebagai hari berkabung dan berpuasa.
Dilansir di One India, Kamis (20/7/2023), bagi beberapa pihak puasa Asyura penting untuk menghormati kesyahidan Husain. Cara ini juga berfungsi sebagai pengingat, bahwa tidak ada individu yang harus menanggung tingkat penderitaan seperti yang dialami Husain.
Selain itu, puasa Asyura dianggap sebagai sarana bagi umat Islam untuk mencari pertobatan atas dosa-dosa mereka dan menunjukkan pengabdian mereka kepada Tuhan.
Meskipun puasa Asyura tidak wajib dalam Islam, banyak Muslim secara sukarela menjalankannya untuk menghormati kesyahidan Imam Husain, serta menegaskan kembali komitmen mereka untuk mengikuti teladannya. Selain itu, puasa Asyura telah menjadi cara untuk mengungkapkan solidaritas dengan mereka yang menderita di Karbala dan sepanjang sejarah.
Di luar kisah Husain, puasa Asyura ini dilakukan Nabi Muhammad SAW ketika datang ke Madinah. Kala itu dilihatnya orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura dan Nabi bertanya: “Ada apa ini?" Mereka menjawab: "Hari baik, saat Allah membebaskan Nabi Musa dan bani Israil dari musuh mereka, hingga membuat Musa berpuasa karenanya.”
Maka Nabi Muhammad SAW bersabda: “Saya lebih hormat terhadap Musa dari kamu.” Lalu beliau berpuasa pada hari itu dan menyuruh orang untuk berpuasa.
Dalam riwayat lain diceritakan Abdullah Ibn Umar ra berkata: “Bahwa orang-orang jahiliyah dahulu selalu berpuasa pada hari Asyura. Dan Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin juga berpuasa pada hari itu sebelum diwajibkan puasa Ramadhan.”
Ada beberapa keutamaan yang bisa didapat oleh Muslim yang menjalani puasa di tanggal 10 Muharram ini. Salah satunya adalah menghapus dosa selama 1 tahun. Abi Qatadah berkata, bahwasanya Rasulullah ditanya tentang puasa Asyura beliau menjawab: “Menebus dosa setahun yang lalu”. (HR Muslim)
Selanjutnya, puasa ini adalah puasa yang lebih utama setelah puasa Ramadhan. Suatu hari Abu Hurairah bertutur, Rasulullah SAW ditanya: “Sholat manakah yang lebih utama setelah shalat fardhu?” Nabi bersabda: “Yaitu shalat di tengah malam.”
Mereka kemudian bertanya lagi: “Puasa manakah yang lebih utama setelah puasa Ramadhan?” Nabi Muhammad bersabda: “Puasa pada bulan Allah yang kamu namakan bulan Muharram.” (HR Ahmad, Muslim Abu Daud)
Bagi umat Islam yang ingin menjalankan puasa Asyura, berikut ini niat puasanya:
نَوَيْتُ صَوْمَ عَشُرَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shouma Asyura sunnatan lillahi ta’ala
Artinya: “Saya niat puasa Asyura sunnah karena Allah”