The Fed Diproyeksi Naikkan Suku Bunga, Ekonom: Bisa Picu Capital Outflow
The Fed diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank sentral AS, Federal Reserve atau the Fed, diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada Juli 2023. Senior Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto memperkirakan, The Fed akan mengerek suku bunga hingga 25 basis poin (bps).
"Untuk rapat FOMC (Federal Open Market Committee) pekan ini hampir dapat dipastikan The Fed akan menaikkan kembali suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen," kata Rully kepada Republika.co.id, Senin (24/7/2023).
Menurut Rully, kenaikan suku bunga di bulan ini sudah sangat diantisipasi oleh pelaku pasar. Para pelaku pasar justru menantikan sinyal selanjutnya dari The Fed terkait potensi kenaikan suku bunga pada September mendatang.
Rully melihat kepastian mengenai suku bunga di September nanti akan memberikan dampak kepada pasar keuangan Indonesia. Nilai tukar rupiah berpotensi tertekan apabila The Fed memberi sinyal untuk menaikkan kembali suku bunganya.
Menurut Rully, kenaikan suku bunga The Fed berpotensi memicu terjadinya aliran modal asing keluar atau capital outflow namun cenderung tidak signifikan dan jangka pendek. Hal tersebut mengingat prospek Indonesia yang cukup baik, dengan inflasi yang cukup terkendali.
Rully pun memperkirakan Bank Indonesia (BI) masih akan tetap menahan suku bunga di level 5,75 persen sampai akhir tahun ini. Menanggapi respons BI tersebut, Rully menilai langkah BI sudah tepat karena memang kondisi global yang masih tidak menentu.
"Selisih suku bunga antara BI dengan The Fed juga semakin tipis, yang dapat memicu risiko volatilitas ke depan," kata Rully.