Ekonom: Kebijakan The Fed Naikkan Suku Bunga Dapat Dorong Stabilitas Rupiah
Proyeksi arah kebijakan The Fed mendorong stabilitas nilai tukar rupiah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan pergerakan rupiah masih akan cenderung mendatar atau sideways hingga rilis FOMC pada Kamis (27/7/2023). Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan kembali mempertahankan suku bunga di level 5,75 persen Juli ini.
Suku bunga kebijakan BI di level 5,75 persen masih konsisten dalam menjangkar ekspektasi inflasi dalam jangka pendek. "Nilai tukar rupiah masih bergerak cukup stabil, terutama pascarilis inflasi AS menunjukkan tren penurunan lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya," kata Josua, Senin (24/7/2023).
Perlambatan inflasi AS yang semakin mendekat target inflasi sebesar dua persen mendorong kemungkinan bank sentral The Fed hanya akan menaikkan suku bunga 25 basis poin (bps) di Juli ini hingga akhir tahun. Proyeksi arah kebijakan The Fed tersebut mendorong stabilitas nilai tukar rupiah.
Stabilitas nilai tukar juga ditopang oleh penerbitan aturan terkait Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang akan diberlakukan per Agustus mendatang. Stabilitas rupiah serta inflasi yang melambat diperkirakan mendorong BI mempertahankan suku bunganya pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) mendatang.
Josua menilai stance kebijakan moneter yang cenderung netral saat ini yang ditujukan untuk mendukung stabilitas rupiah dan terjaganya inflasi akan tetap mendukung momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka pendek.
Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp 15.027 per dolar AS pada perdagangan Senin. Josua memperkirakan rupiah bergerak dikisaran 14.975-15.050 pada hari ini, Selasa (25/7/2023) di tengah stance BI yang cenderung netral.