17 Kecamatan di Garut Berpotensi Kekeringan di Musim Kemarau Tahun Ini

BPBD menyiapkan peralatan untuk menyuplai air bersih ke wilayah terdampak kekeringan.

Foto : MgRol_93
Ilustrasi kekeringan. Belasan kecamatan di Garut berpotensi mengalami kekeringan.
Rep: Bayu Adji P Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut mendata 17 dari 42 kecamatan berpotensi mengalami kekeringan pada musim kemarau tahun ini. Belasan kecamatan itu tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Garut, mulai dari utara, tengah, dan selatan.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pangandaran Satria Budi mengatakan, berdasarkan prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), saat ini daerah berjuluk Swiss van Java itu telah memasuki musim kemarau. Namun, dari pemantauan BPBD, beberapa wilayah Kabupaten Garut masih terjadi hujan.

"Kemarin juga masih ada hujan di selatan. Alhamdulillah sampai saat ini belum ada laporan untuk meminta bantuan air bersih," kata dia saat dikonfirmasi Republika, Jumat (28/7/2023).

Kendati demikian, BPBD Kabupaten Garut tetap melakukan antisipasi bencana kekeringan. Pasalnya, terdapat 17 kecamatan di Kabupaten Garut yang berpotensi terjadi kekeringan.

Budi mengatakan, kecamatan yang berpotensi mengalami kekeringan tersebar di wilayah utara, tengah, dan selatan Kabupaten Garut. Ia mencontohkan, di wilayah utara terdapat Kecamatan Cibatu yang berpotensi kekeringan, sementara di tengah ada Kecamatan Karangpawitan, serta di selatan ada Kecamatan Pameungpeuk, Cikelet, dan Cibalong.

Ia menjelaskan, antisipasi yang telah dilakukan antara lain adalah menyiapkan peralatan untuk menyuplai air bersih ke wilayah terdampak kekeringan. Menurut dia, peralatan yang disiapkan antara lain dari BPBD, Dinas Sosial, dan PDAM.

"Kami juga sudah komunikasi dengan Kementerian PUPR untuk meminjam kendaraan apabila ada keadaan darurat," kata Budi.

Ia menambahkan, BPBD bersama Bidang PSDA Dinas PUPR Kabupaten Garut juga telah melakukan pemetaan sumber mata air yang bisa digunakan. Pemetaan mata air itu dinilai penting, karena ketika terjadi kekeringan masyarakat dapat memanfaatkannya.

Selain itu, Budi menambahkan, pihaknya telah menentukan titik pengambilan air untuk wilayah selatan, utara, dan tengah, ketika terjadi kekeringan. Ia menyebutkan, titik pengambilan air di wilayah selatan terdapat di LAPAN, sementara wilayah utara ada di Pangatikan, dan wilayah tengah diambil langsung dari sumber PDAM.

"Per hari ini belum ada permintaan air bersih dari masyarakat. Kami baru mengeluarkan 17 kecamatan yang berpotensi kekurangan air bersih," ujar dia.

Namun, ia mengimbau masyarakat agar segera melapor ke desa atau kelurahan apabila mulai kesulitan air bersih. Laporan itu nantinya akan diasesmen oleh BPBD, sebelum dilakukan pendistribusian air bersih.


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler